Suara.com - Istri Kaesang Pangarep, yakni Erina Gudono ramai jadi pebincangan netizen di platform X sejak Rabu (21/8). Gaya hidup hedonnya jadi sorotan hingga dikaitkan dengan Marie Antoinette.
Sosok Erina Gudono ramai disebut mirip dengan permaisuri Istana Prancis itu setelah memposting kegiatannya saat berada di Amerika. Momen ini bertepatan dengan Rapat Panja RUU Pilkada DPR RI yang menuai kontroversi dan kemarahan publik.
Lewat Instagram, Erina Gudono mempertontonkan gaya hidup mewah, mulai dari naik private jet ke Amerika Serikat, makan roti seharga Rp400 ribu hingga membeli stroller bayi dengan harga fantastis.
Siapa Marie Antoinette?
Baca Juga: Lulus Bergelar Cumlaude, Erina Gudono Dihujat Gara-Gara Salah Tulis Usia Kehamilan
Marie Antoinette adalah Ratu Prancis terakhir sebelum Revolusi Prancis. Ia lahir di Austria pada 2 November 1755.
Pada tahun 1770, ia menikah dengan Raja Louis XVI. Sebagai Ratu Prancis, Marie Antoinette dikenal dengan gaya hidupnya yang mewah dan glamor, terutama selama masa-masa awalnya sebagai Ratu.
Contohnya, dia sering mengenakan pakaian dan aksesori sangat mahal yang selalu mengikuti tren terbaru. Ia sering mengadakan pesta-pesta besar di Versailles. Di sisi lain, ia juga gemar bermain kartu dan berjudi, yang sering kali melibatkan taruhan besar.
Dia menjadi simbol kemewahan dan kemegahan yang berlebihan di istana Versailles, di mana sangat kontras dengan kondisi rakyat Prancis yang menderita karena kelaparan dan kemiskinan.
Karena pengeluaran pribadinya, baik untuk pakaian, perhiasan, maupun hiburan menyebabkan anggaran kerajaan menjadi defisit,
Ia sampai mendapat julukan "Madame Déficit" karena dianggap bertanggung jawab atas krisis keuangan Prancis.
Marie Antoinette Berakhir Tragis
Ketika Revolusi Prancis meletus pada tahun 1789, Marie Antoinette dan keluarganya menjadi target kebencian rakyat dan Versailles diserbu.
Pada tahun 1792 saat monarki dihapuskan, suaminya Louis XVI dijatuhi hukuman mati dengan guillotine pada Januari 1793. Situasi pengadilan yang dipenuhi dengan kebencian, politik, dan dendam pribadi membuat Marie Antoinette turut dijatuhi hukuman mati.
Marie Antoinette dieksekusi dengan guillotine di Place de la Révolution di Paris (sekarang Place de la Concorde) pada Oktober 1793. Dia meninggal di usia yang masih sangat muda, yakni 37 tahun.
Marie Antoinette sering dianggap sebagai simbol kemewahan dan ketidakpedulian monarki terhadap penderitaan rakyat. Namun, seiring waktu, pandangan terhadapnya telah berubah.
Banyak yang melihat Marie Antoinette sebagai korban dari situasi politik yang tidak terkendali. Kisah hidupnya pun menjadi inspirasi dalam sastra, film, dan budaya populer.