Suara.com - Jessica Kumala Wongso tak henti menyita atensi setelah menerima pembebasan bersyarat pada Minggu (18/8/2024). Jessica Wongso menerima remisi sampai sebanyak 58 bulan 30 hari dalam kasus kopi sianida yang menewaskan Wayan Mirna Salihin tersebut.
Pro kontra pun mengiringi pembebasan bersyarat Jessica, apalagi karena dirinya sempat berkali-kali di-framing, salah satunya sebagai sosok pembunuh berdarah dingin.
Padahal menurut jurnalis Fristian Griec, Jessica adalah sosok yang selalu lebih memedulikan orang lain ketimbang dirinya. Bahkan sejak dahulu Jessica tak pernah lupa untuk tersenyum setiap kali hendak berbicara.
"Kalau orang nggak pernah ngobrol secara langsung dengan Jessica itu nggak pernah tahu bahwa setiap kali dia kalau mau ngomong, dia pasti senyum dulu," ujar Fristian, dikutip dari kanal YouTube-nya, Selasa (20/8/2024).
Pembicaraan pun bergulir lebih jauh, termasuk membahas perjuangan Otto Hasibuan untuk membela Jessica yang saat itu dianggap mengalami ketidakadilan.
Perihal ketidakadilan ini juga disepakati oleh Jessica, dan bukan cuma dirinya yang mengalami, tetapi juga pengacara serta para saksi yang dihadirkan pihaknya.
"Ya pastinya saya diperlakukan tidak adil pada saat persidangan itu ya. Bukan hanya saya aja, pengacara saya juga, saksi-saksi yang dibawa pengacara saya juga, banyak yang diperlakukan dengan tidak adil," tutur Jessica.
"Ya sadar (seperti diserang saat persidangan), pada saat itu terjadi saya (berpikir) 'Wow, kok begini gitu?' Tapi ya sudah harus dihadapi, saya apa-apa aja harus dihadapi, udah di depan mata saya harus dihadapi, itu aja prinsipnya. Mau saya nanti perasaannya seperti apa, ya nanti dipikirin lagi, pokoknya pada saat itu harus saya hadapi dulu," lanjutnya.
Jawaban Jessica tampak membuat Fristian dan Otto sama-sama terdiam. Bahkan Otto kemudian tertawa pelan dan memuji karakter Jessica.
Baca Juga: Jessica Wongso Kerja Apa di Penjara? Ngaku Dapat Fasilitas Khusus Kamar Pekerja selama Ditahan
"Itu yang luar biasa. Makanya, speechless saya kalau sudah kayak begitu," kata Otto.
"Tapi prinsip Jess ini jadi disalahpersepsikan. Self defense mechanism-nya Jess kemudian digunakan untuk profiling," pungkas Fristian.