Suara.com - Di Indonesia, perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW telah menjadi tradisi dan dirayakan dengan berbagai macam cara. Namun, setiap kali bulan Maulid tiba, diskusi mengenai bid’ah atau inovasi dalam praktik keagamaan kembali mencuat, hingga memunculkan beragam pandangan yang kerap menimbulkan kontroversi.
Banyak yang penasaran dan ingin tahu, apakah Maulid Nabi itu bid’ah? Temukan penjelasan selengkapnya melalui ulasan di bawah ini.
Apakah Maulid Nabi Itu Bid’ah?
Perlu dipahami bahwa Maulid nabi menurut etimologi bisa diartikan sebagai kelahiran Nabi Muhammad SAW di dunia. Sedangkan menurut terminologi, Maulid Nabi didefinisikan sebagai pengungkapan rasa gembira dengan cara bersyukur kepada Allah SWT atas karunia dan rahmat-Nya, yang merupakan kenikmatan bagi seluruh alam semesta dengan dilahirkannya baginda Nabi Muhammad SAW.
Bulan Rabiul Awwal masyhur dengan kelahiran Sang Nabi Agung Islam, yaitu Nabi Muhammad SAW yang lahir di kota Makkah al-Mukarromah pada tanggal 12 Rabiul Awwal tahun 571 Masehi (tahun Gajah). Hal inilah yang menyebabkan bulan Rabiul Awal menjadi agung sebab lahir di dalamnya manusia agung. Oleh karena itu, tidaklah heran jika penganut agama Islam mengadakan peringatan Maulid Nabi di setiap tahunnya.
Baca Juga: 50 Desain Banner Poster Maulid Nabi 2024 Terbaru, Gampang Editnya!
Lantas, apakah Maulid Nabi itu bid’ah?
Perayaan Maulid Nabi bukanlah sebuah peristiwa yang bid’ah. Bid’ah sendiri adalah hal baru dan tidak ada di zaman Rasulullah SAW. Suatu hal yang baru ini bisa berupa sesuatu yang baik (hasanah) ataupun buruk (dhalalah). Makna kata hasanah sendiri yaitu sesuatu yang tidak bertentangan dengan Syari’at Islam, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, perayaan Maulid Nabi bukan sesuatu yang mengandung bid’ah. Sebab, Maulid Nabi Muhammad SAW telah diperingati sejak zaman sahabat nabi dahulu. Hal itu telah tercantum di dalam kitab Ar-Rasail As-Salafiyah, karya Imam Muhammad bin Ali asy-Syaukani, pada halaman 46:
“Para sahabat yang mendapat petunjuk berkumpul di rumah-rumah dan masjid-masjid, dan di antara mereka ada nabi mereka. Para sahabat membaca syair-syair dan membaca sejarah-sejarah, minum dan juga makan. Barangsiapa yang beranggapan bahwa perkumpulan yang di dalamnya tidak ada keharaman adalah bid’ah, maka mereka benar-benar salah. Karena bid’ah yang dilarang yaitu sesuatu yang dinilai bid’ah dalam agama, dan perkumpulan ini bukanlah bagian dari itu”, (Ar-Rasa’il As-Salafiyah halaman 46).
Nah, kutipan di atas bisa menjadi jawaban bagi mereka yang berasumsi bahwa Maulid Nabi adalah bid’ah, karena Rasulullah SAW tidak pernah memberi contoh semasa hidupnya. Justru pemahaman mereka mengenai afirmasi sebuah bid’ah amat terbatas. Nabi memang tidak pernah mencontohkan, tidak pula memerintahkan kepada para sahabatnya untuk memperingati hari kelahirannya. Akan tetapi, sahabat melaksanakannya sebagai bentuk rasa syukur atas hadirnya Rasulullah SAW sebagai Rahmatan lil’alamin.
Kontributor : Rishna Maulina Pratama
Baca Juga: Contoh Proposal Kegiatan Maulid Nabi Muhammad SAW Lengkap