Suara.com - Tepat pada 17 Agustus 2024 ini, Indonesia merayakan hari kemerdekaan yang ke-79. Seperti biasanya, setiap HUT RI selalu dirayakan dengan riang gembira.
Warga mengadakan perlombaan sebagai bentuk rasa bahagia atas kemerdekaan yang sudah diraih bangsa Indonesia.
Kemerdekaan ini didapat berkat perjuangan para pendiri bangsa dalam melawan penjajah. Ternyata ada makna filosofis yang terkandung di balik pemilihan tanggal 17 Agustus sebagai hari kemerdekaan RI.
Dalam buku "Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat" karya Cindy Adams, diceritakan momen saat Presiden Sukarno terlibat perdebatan panas dengan para pemuda.
Baca Juga: Jangan Keliru, Begini Ucapan HUT RI Ke-79 yang Benar Sesuai Aturan
Saat sedang menyusun strategi untuk proklamasi, Bung Karno didatangi sekelompok pemuda pada 15 Agustus 1945 sesaat setelah Jepang menyerah kepada sekutu. Para pemuda ini mendesak Sukarno untuk saat itu juga mengobarkan revolusi.
"Sekarang Bung. Sekarang. Malam ini," ujar Khairul Saleh, perwakilan pemuda meminta Presiden Sukarno mengobarkan revolusi malam itu juga.
Bung Besar tidak setuju. Ia punya taktik sendiri. Menurutnya, tidak bisa langsung dilakukan revolusi tapi harus diawali dengan pembacaan proklamasi serentak di semua daerah.
Setelah itu kata Sukarno, dibuat satu pidato menggeledek yang mampu membangkitkan semangat untuk berontak. Baru setelah itu menurut dia mengobarkan revolusi.
Sukarno lalu memaparkan bahwa waktu yang tepat untuk memulai proklamasi adalah tanggal 17 Agustus 1945. Hal ini rupanya sudah direncanakan Bung Karno ketika berada di Saigon.
Baca Juga: Jangan Sampai Salah Info, Ini Rangkaian Upacara HUT RI Ke-79 di IKN dan Jakarta
"Mengapa tanggal 17, tidak lebih baik sekarang saja atau tanggal 16? tanya Sukarni.
"Aku percaya mistik. Aku tidak dapat menerangkan yang masuk akal mengapa tanggal 17 memberikan harapan padaku," ujar Sukarno.
"Tetapi aku merasakan di dalam relung hatiku bahwa dua hari lagi adalah saat yang baik. Tujuh belas adalah angka yang suci. Tujuh belas adalah angka keramat. Pertama-tama kita sedang berada di bulan suci Ramadhan, waktu kita berpuasa sampai lebaran, benar tidak?" jelas Sukarno.
"Iya,' jawab Sukarni. "Ini berarti saat yang paling suci, bukan?" cecar Sukarno lagi. Lagi-lagi Sukarni hanya menjawab iya.
"Hari Jumat ini hari Jumat legi. Jumat yang manis. Jumat suci. Dan hari Jumat tanggal 17. Alquran diturunkan tanggal 17. Orang Islam melakukan sembahyang 17 rakaat dalam sehari. Mengapa Nabi Muhammad memerintahkan 17 rakaat, bukan 10 atau 20? Karena kesucian angka 17 bukan buatan manusia," beber Sukarno.
Menurut Pemimpin Besar Revolusi itu, ia sudah berpikir untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia begitu mendengar Jepang menyerah dari sekutu.
"Kemudian aku menyadari, adalah takdir Tuhan bahwa peristiwa ini akan jatuh di hari keramat-Nya. Proklamasi akan berlangsung tanggal 17. Revolusi akan mengikuti setelah itu," ujar Sukarno.