Profil Fatmawati: Sang Penjahit Bendera Pusaka dan Ibu Negara Pertama Indonesia

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Jum'at, 16 Agustus 2024 | 11:44 WIB
Profil Fatmawati: Sang Penjahit Bendera Pusaka dan Ibu Negara Pertama Indonesia
Profil Fatmawati, Istri Presiden Soekarno yang Jahit Bendera Pusaka (Instagram/@puti_soekarno)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Nama Fatmawati tentu sudah tidak asing lagi di telinga kita, mengingat ia menjadi bagian penting dari sejarah bangsa Indonesia. Istri Presiden Soekarno ini erat kaitannya dengan bendera Pusaka Merah Putih yang dikibarkan pertama kali ketika Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 silam. Selengkapnya, berikut profil Fatmawati, istri Presiden Soekarno yang jahit Bendera Pusaka.

Fatmawati mendapat gelar Pahlawan Nasional karena jasa-jasanya bagi Indonesia. Tentu gelar ini pantas ia dapatkan, berkat peran yang ia lakukan dalam perjuangan pada masa menjelang kemerdekaan Republik Indonesia. Karena kepiawaiannya dalam menjahit, kini bendera pusaka bisa berkibar dan menjadi simbol kebanggaan Indonesia.

Profil Fatmawati, Istri Presiden Soekarno yang Jahit Bendera Pusaka

Fatmawati memiliki nama asli Fatimah yang lahir pada 5 Februari 1923 di Pesisir Pantai Tapak Paderi, Bengkulu. Fatmawati adalah anak tunggal dari Siti Chadijah yang merupakan keturunan Kerajaan Indrapura Mukomuko, provinsi Bengkulu.

Baca Juga: Tak Cuma IKN! Sejarah Berkata Ada 4 Tempat Istimewa Upacara 17 Agustus Pengibaran Bendera Pusaka

Sedangkan ayahnya Datuk Hassan Din, juga mempunyai garis keturunan dari Kerajaan Putri Bunga Melur. Tak hanya keturunan kerajaan, Datuk Hassan Din adalah tokoh Muhammadiyah yang terbilang aktif di Bengkulu. Lahir dari lingkungan keluarga yang taat agama, membentuk Fatmawati sebagai pribadi yang mempunyai karakter kuat.

Meski lahir sebagai anak tunggal dan memiliki garis keturunan raja, kehidupannya tak terbilang mewah. Bahkan, kondisi ekonomi orang tuanya kala itu tidak semudah kelihatannya. Karena kesulitan ekonomi, ia pun harus pindah-pindah sekolah dan tempat tinggal.

Awalnya, ia menempuh pendidikan di Hollandsch Inlandsche School (HIS), Sekolah Tingkat II, kemudian pindah ke Palembang. Seiring berjalannya waktu, akhirnya keluarga Fatmawati menetap di Curup, sebuah kota di antara Lubuk Linggau dan Bengkulu.

Ketika masih kecil, Fatmawati sudah akrab dengan nilai-nilai agama di lingkungan keluarganya. Ia pun fasih dalam melantunkan ayat suci Al-Quran. Sejak masih kecil, perempuan berparas cantik ini dikenal sebagai sosok yang pandai bergaul.

Bahkan sosoknya juga aktif dalam mengelola organisasi Muhammadiyah. Nah, dari organisasi inilah ia akhirnya bertemu dan mengenal Soekarno.

Baca Juga: Sejarah Upacara 17 Agustus di Istana Merdeka: Digagas Presiden Soekarno, Dialihkan Jokowi ke IKN di HUT RI ke-79

Pertemuan Fatmawati dan Soekarno

Berbekal kecerdasan berpikir dan kemampuannya berdiskusi, menjadikannya sosok yang disegani. Bahkan bisa memikat seorang Soekarno yang dijuluki “Sang Merpati dari Bengkulu”. Pertemuan antara Fatmawati dengan Soekarno terjadi pada tahun 1938, kala itu orang tua Fatmawati mengajak berkunjung ke rumah pengasingan Soekarno yang ada di Bengkulu.

Peetemuan keduanya menjadi momentum paling penting bagi Fatmawati dan Soekarno, sebab peristiwa itu akhirnya membawa keduanya menikah. Fatmawati dan Soekarno resmi menikah pada bulan Juli tahun 1943.

Dari pernikahan itu, keduanya dikaruniai lima orang putra dan putri. Antara lain yaitu Guntur Soekarno Putra, Megawati Soekarno Putri, Rachmawati Soekarno Putri, Sukmawati Soekarno Putri, dan Guruh Soekarno Putra.

Kisah Fatmawati Menjahit Bendera Pusaka

Setahun usai pernikahan Fatmawati dan Soekarno, tepatnya pada tanggal 7 September 1944 Jepang menjanjikan kemerdekaan untuk Indonesia. Pimpinan Barisan Propaganda Jepang, Hitoshi Shimizu juga memberikan kain. Kemudian, Soekarno memerintahkan Chaerul Basri untuk mengambil kain yang diberikan Jepang dari gudang di Jalan Pintu Air untuk diantarkan ke Jalan Pegangsaan Nomor 56 Jakarta.

Kain itu menjadi janji Perdana Menteri Jepang sebagai isyarat untuk memberi kemerdekaan kepada Indonesia di kemudian hari. Dua buah blok kain berwarna merah dan putih berbahan katun asal Jepang dijahit sendiri oleh Fatmawati untuk dijadikan ssbagai Bendera Sang Saka Merah Putih, usai kembali ke Jakarta dari pengasingan di Bengkulu.

Kala itu Fatmawati menjahit sendiri kain itu menggunakan mesin jahit tangan, sebab dokter melarangnya memakai mesin kaki. Hal tersebut terjadu karena Fatmawati dua minggu lagi melahirkan putra sulungnya, Guntur Soekarno Putra.

Karena rasa bahagia dan semangatnya yang menggebu, Fatmawati seakan mengabaikan kondisi fisiknya yang sedang hamil besar dan cepat lelah. Baginya mempersembahkan Bendera Merah Putih adalah sesuatu yang sangat penting dan berharga bagi kemerdekaan Indonesia.

Setahun berlalu, bendera Pusaka Merah Putih hasil jahitan tangan Fatmawati akhirnya berkibar dan digunakan dalam upacara Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Atas jasanya, sejak dulu hingga kini Fatmawati dikenal dengan kisahnya kala menjahit Sang Saka Merah Putih.

Tak hanya menjahit Bendera Merah Putih, Fatmawati juga berperan besar dalam mengantarkan kemerdekaan Indonesia. Fatmawati menjadi penyokong utama bagi semangat Soekarno dan kawan-kawan dalam meraih kemerdekaan.

Bahkan, ibu dari Megawati itu rela bertaruh nyawa bersama anak-anaknya dengan berpindah-pindah tempat selama terjadinya Revolusi Fisik di Yogyakarta. Selain itu, saat Soekarno dan Hatta diasingkan ke Pulau Bangka, Fatmawati terpaksa hidup sebagai tawanan Belanda.

Fatmawati Meninggal dan Anugerah Gelar Pahlawan Nasional

Fatmawati akhirnya meninggal dunia pada 14 Mei 1980 di General Hospital Kuala Lumpur, karena serangan jantung. Jasatnya dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta. Beberapa tahun berselang, tepatnya pada tahun 2000, Pemerintah Indonesia menganugerahi gelar Pahlawan Nasional kepada Fatmawati, lewat SK Presiden Republik Indonesia No 118/TK/2000, 4 November 2000.

Demikian profil Fatmawati, istri Presiden Soekarno yang jahit Bendera Pusaka. Jasanya yang begitu besar bagi bangsa Indonesia akan selalu dikenang.

Kontributor : Putri Ayu Nanda Sari

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI