Menurut Nirmala, pemikiran ini tidak hanya datang dari laki-laki, tetapi juga tertanam dalam diri perempuan akibat didikan lingkungan dan stigma yang terus hidup di masyarakat. Sistem pendidikan dan budaya yang membedakan peran laki-laki dan perempuan semakin memperkuat pandangan bahwa perempuan harus mengutamakan keluarga di atas segalanya.
"Secara tidak sadar, masyarakat, budaya, sistem pendidikan, bahkan negara kita membedakan perempuan dan laki-laki. Di mana posisi perempuan ditempatkan sebagai yang harus mempertahankan keluarga, harus mengasuh anak. Jadi seolah-olah ketika dalam rumah tangga ada masalah, yang harus bertahan, harus berubah adalah istrinya," ujar Nirmala.

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pergeseran pandangan yang menempatkan stigma, rasa malu, dan rasa bersalah pada pelaku, bukan pada perempuan yang menjadi korban. Hal ini penting agar pengungkapan kekerasan dalam rumah tangga tidak lagi menjadi hal yang mempermalukan perempuan.
Dengan dukungan yang tepat, perempuan yang mengalami KDRT dapat lebih percaya diri dalam mengambil langkah untuk meninggalkan hubungan yang beracun tanpa merasa malu atau bersalah. Karena itu dibutuhkan peran aktif seluruh pihak dalam mengubah cara pandang masyarakat terhadap korban kekerasan dalam rumah tangga, agar mereka dapat meraih kehidupan yang lebih baik tanpa harus menanggung beban stigma yang tidak semestinya.
"Konteks sosial yang lebih luas, termasuk respons dukungan yang memadai, harus menjadi fokus utama dalam upaya menggeser wacana menyalahkan korban. Para penyintas dan pekerja di bidang kekerasan dalam rumah tangga telah menyadari pentingnya meningkatkan dukungan yang diberikan kepada perempuan yang berani keluar dari lingkaran kekerasan," tambah Wilcox.
Membongkar Mitos Seputar KDRT
KDRT sering kali diselimuti oleh berbagai mitos yang tidak hanya menyesatkan tetapi juga berbahaya. Mitos-mitos ini tidak hanya mempersulit korban untuk mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan, tetapi juga mengaburkan pemahaman kita tentang KDRT itu sendiri.
Melansir Women's Aid, mari kita kupas tuntas mitos-mitos tersebut dan mengungkap kebenaran yang jarang diketahui.
1. Alkohol dan Narkoba, Biang Keladi KDRT?
Ada anggapan bahwa alkohol dan narkoba adalah penyebab utama kekejaman dalam rumah tangga. Faktanya, meskipun penyalahgunaan zat ini bisa memperburuk perilaku, tidak semua pengguna alkohol atau narkoba melakukan KDRT. Kekerasan dalam rumah tangga adalah tindakan yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab pelaku, bukan akibat dari pengaruh zat tertentu.