Pembentukan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) dilakukan sebagai salah satu persiapan menjelang detik-detik proklamasi Kemerdekaan Indonesia ke-79. Ada sejarah panjang di balik formasi Paskibraka yang selalu di tunggu saat peringatan HUT RI. Simak sejarah Paskibraka dalam ulasan berikut ini.
Suara.com - Gerakan baris berbaris yang dilakukan oleh anggota Paskibraka dengan langkah tegas dan harmonis saat membawakan Bendera Pusaka selalu membuat masyarakat kagum. Momen pengibaran dan penurunan bendera merah putih memberikan kesan tersendiri bagi setiap orang. Anggota Paskibraka dipilih melalui seleksi ketat dan merupakan perwakilan dari seluruh provinsi di Indonesia.
Pengertian Paskibraka
Berdasarkan pada Peraturan Presiden RI Nomor 51 Tahun 2022, Paskibraka terdiri dari pelajar putra dan putri Indonesia yang menjadi kader bangsa untuk melaksanakan tugas pengibaran dan penurunan duplikat Bendera Pusaka pada upacara peringatan HUT RI atau peringatan Hari Lahir Pancasila. Dalam melaksanakan tugasnya, Paskibraka terbagi dari beberapa tingkatan, yaitu kabupaten/kota, nasional/pusat hingga provinsi.
Baca Juga: Tak Tahu Ada Pelepasan Jilbab Paskibraka, Pihak Istana: Pas Datang Pengukuhan Di IKN Sudah Begitu
Mereka yang terpilih menjadi kader untuk bangsa Indonesia, tak hanya bertugas menaikkan dan menurunkan bendera pusaka saja, akan tetapi juga memperoleh berbagai bentuk pembinaan. Anggota Paskibraka dituntut untuk mampu menjadi calon pemimpin bangsa yang berkarakter sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Tak sampai disitu, ada juga istilah Purna Paskibraka atau Purna Pasukan Pengibar Bendera Pusaka. Mereka merupakan putra putri daerah yang sudah selesai menjalankan tugasnya untuk mengibarkan dan menurunkan duplikat Bendera Merah Putih pada upacara peringatan HUT RI dan peringatan Hari Lahir Pancasila.
Sejarah Paskibraka
Pembentukan anggota Paskibraka pertama kali dilakukan menjelang perayaan HUT Republik Indonesia ke-2, tepatnya pada 17 Agustus 1946. Gagasan terkait Paskibraka muncul dari kepala Mayor Husein Mutahar, yang kala itu menjabat sebagai ajudan Presiden Soekarno. Ia diberi tugas awal untuk mengatur pelaksanaan upacara bendera di Istana Presiden Gedung Agung, Yogyakarta.
Kala itu, negeri masih dalam kondisi yang darurat, sehingga Mayor Mutahar hanya menunjuk lima orang pemuda dari perwakilan daerah di Yogyakarta untuk melaksanakan pengibaran bendera. Kelompok pemuda ini awalnya terdiri dari tiga wanita dan dua pria.
Baca Juga: Dokter Tifa Komentari Dugaan Anggota Paskibraka Wanita Dipaksa Lepas Hijab: Semoga...
Sementara, asal-usul nama Paskibraka sendiri berasal dari Pasukan Pengerek Bendera Pusaka. Istilah ini dipertahankan sampai tahun 1972, sebelum akhirnya berubah disempurnakan menjadi Paskibraka (Pasukan Pengibar Bendera Pusaka) pada 1973.
Nama Paskibraka yang digunakan sampai saat ini adalah usulan dari Idik Sulaeman, orang kepercayaan Mayor Mutahar. Diketahui, kata "pas" berasal dari istilah pasukan, dan "kibra" mengacu dari pengibar bendera, dan frasa dari "ka" bersumber dari kata pusaka. Itulah asal-usul penggunaan istilah Pasukan Pengibar Bendera Pusaka atau yang disingkat menjadi Paskibraka.
Formasi dalam Paskibraka
Pada 1967, Presiden Soekarno memanggil Direktur Jenderal Urusan Pemuda dan Pramuka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Husein Mutahar untuk mengemban tugas pengibaran Bendera Pusaka.
Kala itu, Husein Mutahar dan Idik Sulaeman lantas menyusun rumusan barisan Paskibraka dengan menggunakan formasi 17-8-45 yang diambil dari tanggal kemerdekaan RI. Sejak saat itu, formasi paskibra terdiri dari tiga kelompok, antara lain:
• Kelompok 17
Kelompok 17 ada di posisi paling depan yang diberi tugas menjadi pemandu dan pengiring pasukan.
• Kelompok 8
Posisi kelompok 8 berada di posisi belakang kelompok 17. Kelompok 8 mempunyai tugas sebagai pasukan inti dan pembawa serta mengibarkan bendera pusaka.
• Kelompok 45
Kelompok 45 ada di posisi paling belakang yang bertugas sebagai pengawal atau pengaman kehormatan dengan fungsi simbolis.
Menurut rencana awalnya dalam pembentukan anggota Paskibraka kelompok 45 (pengawal), dipilih dari para mahasiswa AKABRI (Angkatan Muda ABRI), namun rencana ini tidak bisa dijalankan. Kemudian, alternatif lain yang diusulkan melibatkan anggota pasukan khusus ABRI (seperti RPKAD, PGT, KKO, dan Brimob), tetapi juga tidak terlaksana dengan lancar. Hingga akhirnya pasukan 45 tetap berasal dari pemuda pemudi daerah yang terpilih.
Manfaat Menjadi Paskibraka
Terdapat berbagai manfaat yang didapatkan oleh siswa SMA/ sederajat yang terpilih menjadi Paskibraka atau kader bangsa Indonesia. Melansir dari laman resmi Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ngawi, berikut ini adalah manfaat dari Paskibraka.
- Membentuk sikap disiplin, para peserta Paskibraka bisa mendapatkan pembinaan tentang kedisiplinan selama masa karantina.
- Mengajarkan tentang manajemen waktu, dengan adanya berbagai jadwal kegiatan yang padat bisa melatih anggota Paskibraka dalam manajemen waktu yang lebih baik.
- Mengembangkan kemampuan kerja sama tim.
- Menanamkan rasa syukur, terpilih menjadi anggota Paskibraka dari ribuan orang yang mendaftar seharusnya dapat menumbuhkan rasa syukur, apalagi kesempatan untuk mengibarkan bendera pusaka menjadi hal yang patut dibanggakan.
- Menumbuhkan rasa cinta tanah air.
Demikian sejarah Paskibraka, pengertian, susunan formasi hingga manfaatnya. Semoga anggota Paskibraka yang terpilih dapat menjalankan tugasnya dengan lancar.
Kontributor : Putri Ayu Nanda Sari