Suara.com - Cut Intan Nabila, seorang selebgram menjadi sorotan publik setelah mengungkap kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dialaminya, yang terjadi bertahun-tahun. Hal ini membuat netizen penasaran tentang siklus kekerasan yang bikin korban sulit lepas. Apa ya itu?
Pada rekaman video nampak si suami Armor Toreador memukul Intan berkali-kali. Bahkan juga terlihat anak ketiga mereka yang ada di kasur yang sama sempat terkena tendang oleh Armor Toreador.
Kasus ini terungkap ke publik setelah Cut Intan mengunggah video bukti KDRT di akun media sosialnya, Selasa (13/8/2024). Cut Intan mengungkapkan bahwa ia mengalami kekerasan fisik dari suaminya selama beberapa tahun pernikahan.
Siklus Kekerasan
Dalam hubungan yang penuh dengan kekerasan, ada satu pola yang selalu berulang, mencengkeram korban dalam lingkaran setan yang sulit diputus. Siklus kekerasan, atau yang juga dikenal sebagai siklus pelecehan, menggambarkan bagaimana perilaku kasar terus mengakar dan mengungkung para korban dalam ketakutan dan ketidakberdayaan. Inilah alasan mengapa banyak orang yang mengalami kekerasan merasa terjebak dan sulit membebaskan diri dari cengkeraman pelaku.
Pada tahun 1970-an, psikolog Lenore Walker mengidentifikasi siklus ini dalam bukunya “The Battered Woman.” Melalui wawancara dengan banyak perempuan yang mengalami pelecehan, ia mengungkapkan empat tahap mengerikan dalam siklus ini: ketegangan meningkat, insiden kekerasan, rekonsiliasi atau fase 'bulan madu', dan masa tenang. Mari kita selami setiap tahap dalam siklus yang terus berulang ini.
![Armor Toreador suami Cut Intan Nabila akhrinya ditangkap polisi. [Instagram]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/08/13/43994-armor-toreador-suami-cut-intan-nabila.jpg)
1. Ketegangan Meningkat: Badai yang Siap Meledak!
Tahap pertama dalam siklus kekerasan adalah meningkatnya ketegangan. Pasangan yang kasar sering kali menyerang karena dipicu oleh berbagai stresor eksternal. Dari masalah keluarga hingga tekanan di tempat kerja, semuanya bisa memicu ketegangan yang perlahan membara. Frustrasi dan ketidakpuasan mulai menumpuk, menimbulkan perasaan tidak berdaya, kemarahan, dan paranoia. Dalam situasi ini, korban biasanya berusaha mati-matian untuk menenangkan pelaku, mencoba meredam api yang siap meledak kapan saja.
2. Insiden Kekerasan: Ledakan Emosi yang Mematikan!
Baca Juga: KDRT dan Selingkuhi Istri, Armor Toreador Ternyata Sempat Ditolak Cut Intan Nabila
Ketika ketegangan mencapai puncaknya, pelaku akhirnya melepaskan amarahnya. Inilah saat di mana kekerasan benar-benar terjadi. Pelaku mencoba mendapatkan kembali kontrol dengan berbagai cara yang mengerikan—dari penghinaan verbal, ancaman fisik, hingga kekerasan seksual dan emosional. Mereka mungkin menyalahkan korban atas semua masalah, menganggapnya sebagai pemicu kemarahan. Namun, ingatlah, kekerasan ini adalah pilihan pelaku, dan tidak ada alasan yang bisa membenarkan perilaku kejam ini.