Kisah Kocak Sukarno dan Pemuda yang Menculiknya Jelang Proklamasi

Wakos Reza Gautama Suara.Com
Selasa, 13 Agustus 2024 | 15:14 WIB
Kisah Kocak Sukarno dan Pemuda yang Menculiknya Jelang Proklamasi
Kolase Sukarno dan Sukarni. [Wikipedia]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dwitunggal, Sukarno-Hatta, memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia, pada 17 Agustus 1945. Teks proklamasi dibacakan Sukarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta Timur pada pukul 10.00 WIB.

Sebelum proklamasi diumumkan ke khalayak, ada peristiwa lain yang juga tak kalah pentingnya. Yaitu penculikan Sukarno Hatta sehari sebelum proklamasi. 

Dua tokoh ini diculik para pemuda dan dibawa ke Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Para pemuda yang menculik tokoh bangsa ini di antaranya ialah Sukarni, Shodancho Singgih, Jusuf Kunto.

Kepada Sukarno, seorang pemuda Letnan Umar menyatakan bahwa telah terjadi pemberontakan besar dan revolusi yang dilakukan para pemuda. 

Baca Juga: Berlatar Era Perang, Ini 4 Rekomendasi Novel Fiksi Sejarah yang Mencekam

Selama menjadi 'tawanan', Sukarno Hatta mendapat perlakuan baik dari pada pemuda yang sebenarnya bertujuan mendukung Sukarno Hatta itu.

"Mereka memperlakukan kami dengan baik. Bahkan mengirimkan susu khusus untuk Guntur yang masih bayi itu. Tidak ada tindakan kekerasan," ujar Sukarno dikutip dari buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat karya Cindy Adams. 

Keesokan harinya, Sukarno dijemput Ahmad Subardjo. Pemberontakan besar yang diomong para pemuda itu ternyata tak pernah ada. 

"Tindakan besar pemuda tidak terjadi. Tidak ada sesuatu yang berlangsung. Tidak ada revolusi," ujar Subardjo kepada Bung Karno. 

Dalam perjalanan pulang dari Rengasdengklok, rombongan Presiden Sukarno melihat ada kepulan asap dari kejauhan di daerah Klender. 

Baca Juga: 2 Rekor Tersembunyi Jay Idzes usai Cetak Gol untuk Venezia di Coppa Italia, Ternyata Ini Bukan Main-main

Sukarni, pemuda patriot yang ikut menculik Sukarno, gelisah dan tidak tenang. Ia mempermainkan pistolnya sambil meloncat-loncat di tempat duduk.

"Ha," teriak Sukarni. "Lihatlah! Itu sudah mulai. Revolusi sedang berkobar persis seperti yang kami janjikan. Jakarta sudah terbakar. Lebih baik kita cepat-cepat kembali ke Rengasdengklok," tutur Sukarni.

Presiden Sukarno justru memerintahkan rombongan mendekat ke arah asal asap untuk menyelidiki apa yang terjadi. 

Ketika sudah dekat dengan nyala api, Sukarno dan rombongan keluar dari mobil mengecek apa yang membuat terjadinya kepulan asap.

Ternyata bukan revolusi seperti yang disangka Sukarni. Api berasal dari jerami yang dibakar seorang petani kurus berpakaian compang camping.

Sukarno lalu menoleh ke Sukarni sembari menertawakannya. "Inikah revolusimu?" ejek Bung Karno.

"Ini bukan bumi hangus. Tidak ada pemberontakan besar-besaran. Tidak ada ratusan ribu orang yang menantikan isyarat untuk berontak. Ini hanyalah seorang Marhaen membakar jerami," tukas Sukarno.

Subardjo lalu meminta Sukarni untuk menyimpan pistolnya dan berhenti bermain pahlawan-pahlawanan. Mereka lalu melanjutkan perjalanan ke rumah di Pegangsaan 56. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI