Merinding, Kisah Mualaf Sensei Sugimoto dari Buddha Jadi Islam: Dipicu Kata-kata Al Quran Ini

Ruth Meliana Suara.Com
Selasa, 13 Agustus 2024 | 14:56 WIB
Merinding, Kisah Mualaf Sensei Sugimoto dari Buddha Jadi Islam: Dipicu Kata-kata Al Quran Ini
Kyoichiro Sugimoto atau Sensei Sugimoto (YouTube/Daniel Mananta Network)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sosok Kyoichiro Sugimoto menceritakan perjalanan spiritualnya yang inspiratif. Pria yang akrab disapa Sensei Sugimoto atau Ustaz Sugimoto ini memang sudah lama pindah agama dari Buddha ke Islam. Ia juga sekarang menikah dengan warga Indonesia, Purwati.

Warga negara Jepang ini menceritakan kisah mualaf saat hadir sebagai bintang tamu di YouTube Daniel Mananta. Sugimoto sendiri sempat menjad perbincangan setelah menerjemahkan Al Quran dari bahasa Arab ke bahasa Jepang.

Sensei Sugimoto mengungkap latar belakang keluarganya beragama Buddha. Perkenalannya dengan agama Islam berawal saat bersahabat dengan seorang mahasiswa Muslim asal Bangladesh.

"Saya aslinya berasal dari kota Seko, Distrik Gifu. Saya lahir di dalam keluarga Jepang yang normal. Keluarga kami beragama Buddha. Tapi hanya di nama saja, biasanya begitu," cerita Sensi Sugimoto seperti dikutip Suara.com, Selasa (13/8/2024).

Baca Juga: Raffi Ahmad Ternyata Tak Beri Uang Ke Mama Amy, Bagaimana Hukum Anak Memberi Uang Kepada Orang Tua?

"Namun ketika saya kuliah usia 19 tahun ketika itu, saya bertemu dengan seorang mahasiswa muslim dari Bangladesh. Bagi saya itu pertama kalinya (melihat orang Muslim) di Jepang. Lalu kami bersahabat," lanjutnya.

Hidup Sensei Sugimoto berubah saat sang sahabat mengundangnya ke Bangladesh. Di sana, ia langsung mengalami culture shock, tetapi juga dipenuhi dengan rasa kagum. Pasalnya, masyarakat Bangladesh begitu berbeda dengan Jepang.

Kyoichiro Sugimoto atau Sensei Sugimoto di podcast Daniel Mananta (YouTube/Daniel Mananta Network)
Kyoichiro Sugimoto atau Sensei Sugimoto di podcast Daniel Mananta (YouTube/Daniel Mananta Network)

"Kemudian dia mengundang saya berkunjung ke kota tempat dia tinggal di Bangladesh. Hanya 1 minggu. Karena saya tertarik dengan budaya, maka saya datang berkunjung. Saat itu tahun 1996. Saya mengalami culture shock yang sangat besar. Ketika tiba, begitu banyak orang miskin di sana," kenang Sensei Sugimoto.

"Tapi juga ada culture shock yang baik. Mereka sangat ramah. Keramahtamahan, nilai kekeluargaan mereka sangat kuat. Ikatan kekeluargaan mereka sangat kuat. Hal itu sudah nyaris hilang di Jepang. Terutama sejak tingkat populasi di Jepang menurun karena generasi muda tidak mau menikah. Tidak ingin punya anak, kan?" sambungnya.

Keramahan warga Bangladesh membuat Sensei Sugimoto mulai belajar tentang nilai-nilai Islam. Ia juga langsung jatuh hati begitu memulai membaca Al Quran saat kembali ke Jepang.

Baca Juga: Hukum Membagi Warisan Berdasarkan Wasiat, Sahkah?

"Dan karena mereka muslim, saya bertanya-tanya mengapa mereka mempertahankan budaya ini. Karena mereka muslim, mungkin ini didasari pada nilai-nilai Islam. Setelah kembali ke Jepang, saya menemukan Al Quran dalam bahasa Jepang. Saat itu di tahun 1996 belum ada internet. Jadi saya ingin mencari informasi tentang Islam," ceritanya.

"Jadi saya harus ke perpustakaan atau toko buku. Kemudian saya menemukan Al Quran terjemahan baru, seorang penerjemah lain yang menerjemahkannya. Jadi saya baru menemukannya dan mulai membaca. Begitu berbeda, begitu unik. Sebelumnya saya tidak pernah tertarik dengan buku religi apa pun. Tapi buku yang ini adalah sesuatu yang berbeda," tambah Sensei Sugimoto.

Sejak itulah ia mulai jatuh hati dengan agama Islam dan mulai mempelajarinya. Apalagi setelah ia menemukan sebuah ayat dalam Al Quran yang begitu menjabah hatinya.

"Di awal surat ini, di surat kedua awal, disebutkan bahwa 'ini adalah buku tanpa keraguan, kecurigaan atau kesalahan yang bisa diklaim manusia di dunia'," pungkas Sensei Kyoichiro Sugimoto.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI