Suara.com - Pandji Pragiwaksono seolah mengungkap mimpi buruk semua rakyat Indonesia terkait dinasti politik. Momen ini terjadi saat ia menjadi bintang tamu dalam acara podcast Akbar Faisal yang diunggah di YouTube pada Senin (12/8/2024).
Pandji mengkhawatirkan masifnya praktik dinasti di Indonesia bisa mempengaruhi kualitas hidup masyarakat, termasuk terkait pendidikan. Sebagai contoh jika suatu jabatan di dapat dari kuasa keluarga, hal itu berpotensi membuat orang tidak mau sekolah.
"Salah satu yang paling saya khawatirkan di depan semuanya adalah kalau yang membuat orang jadi punya posisi-posisi tertentu adalah karena dia anakya siapa, percaya sama saya bang, tidak akan ada orang mau bersekolah," jelas Pandji dalam podcast seperti dikutip Suara.com, Selasa (13/8/2024).
Sang komika mempertanyakan apa tujuan bersekolah hingga mencari ilmu setinggi mungkin, jika pada akhirnya perjuangan itu selalu kalah dengan orang yang memiliki akses orang dalam.
Baca Juga: Lagi di IKN Cerita Istana Jakarta dan Bogor Bau Kolonial, Jokowi Sampai Merasa Dibayang-bayangi
"Buat apa sekolah? Buat apa expertise? Buat apa ilmu? Buat apa gelar? Buat apa perjuangan? Buat apa riset? Kalau pada akhirnya semua yang saya usahakan ini akan selalu kalah sama ordal (orang dalam). Atau akan selalu kalah sama anaknya siapa," terang Pandji.
"Kita kan belum ngomongin perusahaan keluarga. Ada perusahaan keluarga turun temurun pas kita masuk juga kita tahu, emang ini perusahaan keluarga. Tapi kan pemerintah harusnya by merit, harusnya kan dengan kemampuan," lanjutnya.
Atas dasar itu, Pandji menyayangkan sikap seorang presiden yang mencontohkan praktik dinasti politik. Diketahui anak sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka memang sudah terpilih sebagai Wakil Presiden RI periode 2024-2029. Sedangkan anak bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep, terpilih sebagai Ketua Umum PSI.
"Kalau Presiden Republik Indonesia saja kemudian membuat anaknya bisa menjadi wakil presiden, kemudian anaknya satu lagi baru 3 hari masuk sebuah partai sudah langsung jadi ketua umum partainya. Lalu ada menantu jadi wali kota, kemudian pengen jadi gubernur," kritik Pandji.
"Dan kalau kita lihat di berita ntar ada keponakannya lah, ada om nya lah, apa segala macem. Orang kan makin, ini tahun 2024 bang. Masak tahun 2024 semangat orang bersekolah gugur dicontohkan sama Presiden Republik Indonesia sendiri. Ini kan mengkhawatirkan," tegas Pandji.
Baca Juga: Coach Justin Layak Jadi Ketum PSI Ketimbang Kaesang, Ini Penjelasan Pandji Pragiwaksono
Pandji lantas menjelaskan bahwa saat seseorang berpolitik, maka harus memperhatikan hal yang benar dan baik. Maksudnya, kata Panjdi, hal yang benar belum tentu baik, begitu pula sebaliknya.
"Di Indonesia kita kan kenal baik dan benar. Ini kan dua hal terpisah, yang baik belum tentu benar dan sebaliknya. Jadi kita bisa baik tapi gak bener. Tapi pada saat bersamaan, kita juga bisa benar, tapi tidak baik," tandas Pandji Pragiwaksono.