"Karena saya selalu mendapatkan nilai bagus, akhirnya saya dibebaskan untuk sekolah dengan jurusan seni rupa, semester pertama dan kedua masih berkeinginan menjadi seorang pelukis," ungkap Sonny.
Di sisi lain, Sonny saat masih duduk di bangku kelas 8 SMP sempat menjadi tukang gambar yang diberi honor Rp 30 ribu per karya. Adapun keinginannya menjadi pelukis sirna usai ia bertemu desainer Hari Darsono.
Hari Darsono mengajak Sonny untuk mendesain batik hingga mulai muncul keinginannya untuk menjadi desainer. Setelah itu, ia memutuskan belajar lebih banyak soal desain hingga jenjang perguruan tinggi.
Sonny berhasil lulus dari jurusan Desain Tekstil pada tahun 1988-1989. Setelahnya, ia sempat mengikuti Lompa Perancang Mode (LPM). Meski kalah, ia mengaku senang karena dapat menjadi jurnalis fesyen.
"Walaupun enggak menang, tapi saya berkesempatan untuk menjadi seorang fashion jurnalis, yang bekerja meliput fashion tidak hanya di Indonesia tapi juga di luar Indonesia, mulai dari London, Milan dan Paris serta New York," beber Sonny.
Sonny kemudian turut menjadi kritikus mode yang seringkali menerima caci maki dari banyak orang. Sebagai desainer, karya-karyanya banyak dipakai wanita Indonesia. Apalagi rancangannya memang kental dengan budaya negeri ini.
Kontributor : Xandra Junia Indriasti