Suara.com - Penyanyi Ariel Tatum menunjukkan aksinya jadi penari ronggeng gunung dalam konferensi pers tentang pertunjukan teater produksi Titimangsa yang bertajuk "Sang Kembang Bale", Kamis (1/8/2024).
Ronggeng Gunung adalah seni tari yang lahir dan berkembang di Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Secara umum, tarian Ronggeng Gunung hampir sama dengan ronggeng lainnya, yang dipentaskan oleh satu atau lebih penari perempuan, dengan diiringi gamelan dan nyanyian atau kawih pengiring.
Ariel Tatum menari dengan selendang merah tersampir di pundak. Dia mengenakan atasan kebaya dan bawahan kain memperlihatkan kemampuannya dalam menari, menyanyi, dan bermonolog dalam acara yang berlangsung di Galeri Indonesia Kaya.
Ariel mengatakan bahwa tembang yang dinyanyikan "Sang Kembang Bale" sangat khas. "Sangat khas dan sangat sulit untuk aku yang terbiasa menyanyi dengan teknik modern," katanya.
"Bisa dibilang itu nyanyian tradisional di mana kita menggunakan tenggorokan sebagai sumber utama suaranya, bukan dari diafragma, bukan juga dari kepala. Itu sulit sekali. Dan cengkok-cengkoknya juga khas sekali," katanya lagi.
Dia berharap pementasan "Sang Kembang Bale" bisa menarik lebih banyak orang muda untuk mempelajari budaya dan kesenian tradisional.
"Semoga dengan pementasan nanti ini, generasi muda mau belajar lebih banyak, mau tahu lebih banyak hal, sehingga kita akan lebih kaya lagi dengan budaya-budaya yang sebenarnya sudah lama ada dan mengalir di tubuh kita," katanya.
Sementara itu, sutradara Heliana Sinaga menyampaikan bahwa Ariel baru sekilas menunjukkan tarian, nyanyian, dan monolog "Sang Kembang Bale".
Menurut dia, akan ada kejutan-kejutan yang dihadirkan dalam pertunjukan "Sang Kembang Bale" di NuArt Sculpture Park, Bandung, Jawa Barat, pada 10 dan 11 Agustus 2024.
Dalam pertunjukan yang direncanakan berlangsung antara 80 dan 90 menit itu, Ariel akan menyanyikan tiga tembang serta menampilkan lima tarian dengan iringan empat penari dan tiga pemusik yang semuanya orang muda.
Produser Pradetya Novitri menyampaikan bahwa produksi teater "Sang Kembang Bale" dilakukan berdasarkan riset di tempat kelahiran ronggeng gunung di Ciamis.
"Kami melakukan riset ke tempat kelahiran ronggeng gunung di Ciamis, juga membawa pemain, pemusik, dan penari dari generasi muda untuk langsung belajar kesenian ronggeng gunung dari penari yang hanya tinggal dua orang. Harapannya dengan ini, nyanyian, musik, dan tarian yang sudah ada sejak puluhan tahun lalu lebih panjang lagi nafasnya," kata Tya.
Menurut dia, riset yang dilakukan mencakup penggalian informasi dari penari ronggeng gunung Bi Pejoh dan Bi Raspi serta pemusik Mang Sarli, yang menekuni kesenian ronggeng gunung di daerah Panyutran, Pangandaran.
Promotor budaya Renitasari Adrian mengemukakan bahwa Titimangsa senantiasa menghadirkan karya yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mengandung nilai edukasi budaya dan sejarah.
Dia berharap produksi ke-79 Titimangsa yang bertajuk "Sang Kembang Bale" bisa menginspirasi generasi muda untuk mendukung pelestarian seni pertunjukan klasik rakyat Jawa Barat.
"'Sang Kembang Bale' ini akan memberikan pengalaman budaya yang mendalam dan inspiratif bagi semua penikmat seni. Semoga pertunjukan ini dapat menghidupkan kembali kekayaan budaya Indonesia, agar terus dikenal dan dicintai generasi mendatang," kata Renita. (antara)