Paris Lebih dari Sekadar Kiblat Fashion, Ini Rahasia Desainer Indonesia Bisa Sukses Mendunia!

Senin, 29 Juli 2024 | 08:24 WIB
Paris Lebih dari Sekadar Kiblat Fashion, Ini Rahasia Desainer Indonesia Bisa Sukses Mendunia!
Ilustrasi Menara Eiffel. (Pexels.com)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Paris telah lama dikenal sebagai pusat mode dunia, berperan sebagai kiblat yang menginspirasi industri fesyen global. 

Kota ini menjadi tempat lahirnya banyak perancang busana legendaris, rumah mode mewah, serta sekolah mode terkemuka yang telah membentuk standar internasional dalam dunia fesyen.

Dikenal karena budaya fesyennya yang mendalam, Paris menjadi tempat peragaan busana terpenting dan pameran mode kelas dunia. 

Sylvie Pourrat, Direktur Premiere Classe Paris Trade Show, menjelaskan bahwa Paris juga berperan sebagai tempat untuk mendapatkan inspirasi dan menjalin kerja sama para desainer dunia.

Baca Juga: Jonatan Christie Raih Kemenangan Pertama di Olimpiade Paris 2024

Koleksi Terbaru Brand Fashion Lokal, Lakon Indonesia (Dok. Istimewa)
Koleksi Terbaru Brand Fashion Lokal, Lakon Indonesia (Dok. Istimewa)

Untuk itulah, diperlukan berbagai persiapan secara matang untuk seorang desainer bisa sukses di kota ini dan kemampuan untuk menciptakan koleksi yang kuat dan berdaya saing.

"Paris adalah tempat di mana fesyen benar-benar diperlihatkan kepada seluruh dunia. Kesempatan untuk berada di Paris adalah kesempatan untuk berkolaborasi, mendapatkan inspirasi, dan memperluas jaringan," ujar Sylvie dalam diskusi JF3 Talk Vol. 3 di Auditorium Institut Francais Indonesia (IFI), Jakarta. 

Untuk itulah Thresia Mareta, Advisor JF3 and Co-Inisiator PINTU Incubator, menginisiasi Pintu Incubator untuk membantu desainer terkoneksi ekosistem fesyen di Paris demi perkembangan industri fesyen di tanah air tidak stagnan lagi. 

"Melalui Pintu Incubator kami melihat bagaimana mereka bekerja dengan standar yang diakui secara internasional. Kami jadi membandingkan, apa yang dilakukan di sini, dengan apa yang mereka lakukan di sana. Faktanya masih sangat jauh. Namun, itu bukan berarti kita enggak bisa. Artinya kita perlu melakukan sesuatu," ungkap Thresia.

Gelaran JF3 Talk di IFI, Jakarta (Dok. Istimewa)
Gelaran JF3 Talk di IFI, Jakarta (Dok. Istimewa)

Sementara itu, Ni Made Ayu Marthini, Deputi Bidang Pemasaran, Kemenparekraf RI turut menambahkan jika dari 17 bidang industri kreatif, fesyen menyumbang 55 persen nilai ekonomi.

Baca Juga: Laga Grup Pertama, Rinov/Pitha Taklukkan Unggulan Korea di Olimpiade

Indonesia kata dia memiliki potensi yang bagus, didasarkan pada budaya. Sebut saja kain tradisional yang sangat melimpah dan beragam. Jadi menurutnya, dengan kreativitas, inovasi, teknologi, semua bisa membuat industri fesyen Tanah Air semakin maju.

"Kita Indonesia perlu berkolaborasi dan bekerja sama dengan para pemangku kepentingan internasional. Agar tahu tren dan kebutuhan pasar seperti apa. Karena mungkin menurut saya yang saya pakai sekarang, yaitu batik asal Pekalongan, cantik, tapi di mata masyarakat global mungkin tidak, karena tidak paham," pungkasnya.

"Jadi ini adalah sesuatu yang tidak hanya perlu kita kembangkan, tapi juga promosikan. Dan kami di Kemenparekraf, promosi digital seperti media sosial itu sangat penting," tutupnya. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI