Menurut Febrizky, dari sinilah orang tua bisa memulai percakapan tentang seks dengan santai, misalnya sambil menonton film atau membaca berita.
Dia mengatakan, edukasi seks tidak hanya tentang memberikan informasi, tetapi juga tentang membangun kepercayaan dan hubungan yang sehat antara orang tua dan anak.
Sebaiknya, kata Febrizky, orang tua sudah mengenalkan pendidikan seksual sejak dini kepada para remaja. Termasuk mengenalkan alat-alat kontrasepsi.
Dia menekankan bahwa tujuan mengenalkan bukan untuk mendorong aktivitas seksual pada usia dini, melainkan untuk memberikan informasi yang benar dan melindungi anak dari risiko yang mungkin terjadi.
Ia juga menyarankan agar orang tua memberikan penjelasan mengenai risiko-risiko yang mungkin timbul akibat hubungan seksual yang tidak aman, seperti kehamilan yang tidak diinginkan dan penyakit menular seksual.
"Anak-anak perlu tahu bahwa keputusan untuk berhubungan seksual memiliki konsekuensi," tegas Febrizky.
Menurut dia, tantangan terbesar dalam memberikan edukasi seks saat ini adalah mudahnya akses anak-anak terhadap informasi yang tidak akurat, seperti pornografi.
"Nah kita sebagai orang tua harus mengedukasi anak anak sevalid mungkin agar mereka tidak salah tangkap, agar mereka tidak menyerap informasi yang salah," ujarnya.
Orang tua sebaiknya tidak menghindari diskusi mengenai seks dengan anak-anak. Sebaliknya, orang tua harus proaktif dalam memulai percakapan dan memberikan penjelasan yang sesuai dengan usia anak.
"Dengan begitu, anak-anak akan lebih cenderung bertanya kepada orang tua daripada mencari informasi dari sumber yang tidak terpercaya," tambahnya.