Sosok Fathul Wahid, Rektor UII yang Minta Titel Profesor dan Haji Dihapus

M Nurhadi Suara.Com
Jum'at, 19 Juli 2024 | 17:52 WIB
Sosok Fathul Wahid, Rektor UII yang Minta Titel Profesor dan Haji Dihapus
Rektor Universitas Islam Indonesia (UII), Fathul Wahid saat memberi keterangan pada wartawan di Jogja, Kamis (1/2/2024). [Hiskia Andika Weadcaksana/Suarajogja.id]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Profil Rektor UII Fathul Wahid jadi salah satu tokoh yang banyak diperbincangkan setelah membuat pernyataan di media sosial bahwa dirinya tak mau dipanggil dengan titel akademis.

Pernyataan ini cukup tidak umum lantaran dalam budaya Indonesia, embel – embel gelar akademis banyak digilai. Bahkan gelar itu tetap melekat kendati sang pemilik gelar sedang tidak berada dalam lingkungan akademis.

Banyak perguruan tinggi pun mengobral gelar kehormatan atau honoris causa yang ironisnya justru ditujukan untuk para politikus. Misalnya pemberian gelar doktor honoris causa kepada Nurdin Halid oleh Universitas Negeri Semarang (Unnes) yang diwarnai unjuk rasa.

Nurdin tak layak memperoleh gelar ini karena integritasnya diragukan. Dia pernah dibui akibat kasus pelanggaran kepabeaan impor beras pada 2005 silam.

Baca Juga: Profil Sudrajad Djiwandono, Ayah Thomas Djiwandono Wamenkeu Baru Ternyata Bukan Orang Sembarangan!

“Dengan segala hormat, sebagai upaya desakralisasi jabatan profesor, kepada seluruh sahabat, mulai hari ini mohon jangan panggil saya dengan sebutan "prof." Panggil saja: Fathul, Dik Fathul, Kang Fathul, Mas Fathul, atau Pak Fathul. Insyaallah akan lebih menentramkan dan membahagiakan. Matur nuwun,” demikian tulis Fathul di laman Instagramnya.

Unggahan Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) [Instagram/@fathulwahid_]
Unggahan Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) [Instagram/@fathulwahid_]

Selanjutnya dia mengajak kepada rekan sesama profesor yang sepakat untuk membuat tradisi yang lebih egaliter. “Ayo kita lantangkan tradisi yang lebih kolegial ini. Dengan desakralisasi ini, semoga jabatan profesor tidak lagi dikejar oleh banyak orang, termasuk para pejabat dan politisi, dengan menghalalkan semua cara,” imbuhnya.

Padahal, jika berbicara gelar akademis, rentetan gelar Fathul pun tak main – main. Melansir website UII, dia menyelesaikan jenjang sarjana bidang teknik di Institut Teknologi Bandung (ITB), Master of Science dan Doctor of Philosophy (Ph.D) di University of Agder, Norwegia.

Saat ini Fathul merupakan profesor di bidang Sistem dan Teknologi Informasi. Riset – riset yang dia kembangkan ada di topik – topik seputar e-Government, e-Participation, information and communication technology for development (ICT4D), dan enterprise systems.  

Sebelum terpilih sebagai Rektor Universitas Islam Indonesia pada 2018, Fathul telah menduduki sejumlah jabatan penting, seperti Dekan Fakultas Teknologi Industri (2006-2010), Chief Academic Officer (2014-2016), dan Chief Information Officer (2016-2018).

Baca Juga: Profil dan Biodata Fauzi Baadila, dari Relawan Prabowo Hingga Komisaris BUMN

Publikasinya tersebar di berbagai jurnal internasional seperti Communications of the Association for Information Systems (CAIS), The Electronic Journal of Information Systems in Developing Countries (EJISDC), dan Transforming Government: People, Process and Policy (TGPPP).

Karya-karyanya juga telah dipresentasikan di berbagai konferensi seperti The Hawaii International Conference on System Sciences (HICSS), European Conference on Information Systems (ECIS), European, Mediterranean and Middle Eastern Conference on Information Systems (EMCIS), serta IFIP WG 9.4 (ICT4D).

Bukan sekadar akademisi, Fathul juga dikenal sebagai dosen yang hangat. Di laman sosial medianya, dia beberapa kali  mengunggah beberapa foto bersama mahasiswa.

Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI