Suara.com - Airin Rachmi Diany akan maju sebagai calon Gubernur Banten pada Pilkada 2024. Langkah Airin ini sudah mendapat lampu hijau dari Partai Golkar.
Partai Golkar telah memberi surat tugas kepada Airin untuk menjadi Calon Gubernur Banten 2024. Partai lain yang juga melirik Airin adalah PDIP.
PDIP berniat menyandingkan Airin Rachmi Diany dengan Ketua DPD PDIP Banten, Ade Sumardi. Namun ada juga nama Rano Karno yang berpeluang diajukan PDIP sebagai pendamping Airin.
Mengacu pada survei Litbang Kompas yang digelar pada 15-20 Juni 2024 dengan melibatkan 400 responden, Airin menempati urutan pertama tokoh dengan elektabilitas tertinggi dengan nilai 38,3 persen.
Baca Juga: PSI Resmi Dukung Andra Soni-Dimyati Maju Pilkada Banten, Sanuji-Fajar di Pilbup Lebak
Sementara Rano Karno yang pernah juga menjadi Gubernur Banten, berada di urutan kedua dengan nilai 16,5 persen.
Airin memang bukan orang baru di dunia politik. Dia pernah menjadi Wali Kota Tangerang Selatan pada tahun 2011.
Lalu siapakah sebenarnya Airin?
Airin adalah wanita kelahiran Banjar, Jawa Barat, 28 Agustus 1976. Airin Rahcmi Diany adalah anak dari pasangan Anwar Martadiharja dan Aisyah. Sang ayah, Anwar, merupakan seorang dosen.
Ayah Airin pernah mengajar di Universitas Sriwijaya (Unsri) dan Universitas Padjajaran (Unpad) di jurusan Antropologi. Anwar juga tercatat sebagai peneliti sosial di Lembaga Ekologi Unpad.
Baca Juga: Ilham Habibie Datangi Markas PKS, Bakal Duet Bareng di Pilgub Jabar?
Selain berkarier di bidang akademis, Anwar juga pernah bekerja di PT PLN. Dia pernah mengerjakan Proyek Induk Pembangkit Hydro Jabar yang menangani masalah lingkungan. Anwar pensiun dari PT PLN pada 1999.
Anwar Martadiharja juga punya kemampuan lain yaitu sebagai penulis. Dia sudah menulis berbagai judul buku seperti "Bersyukur Atas Nikmat-Nya" dan "Kumpulan Carita Pondok (Carpon) 2013".
Berbeda dengan Anwar yang punya segudang aktivitas, Aisyah, ibu Airin Rachmi Diany, hanyalah seorang ibu rumah tangga.
Sejak kecil, Airin mengaku digembleng dalam keluarga yang sangat religius. Sejak usia tujuh bulan, ia tinggal dengan kakek-neneknya di Banjar, Ciamis, Jawa Barat, sampai dengan kelas dua SMP.
Dalam binaan kakek-neneknya, Airin sejak kecil telah diajarkan kemandirian.
“Dari kecil, saya dididik secara agamais. Saya ingat sekali, setiap hari selama satu jam setelah maghrib hingga Isya saya mengaji. Alhamdulillah saya sudah khatam Alquran sampai ke tajwidnya,” ujar Airin.