Viral Anak Kos Timbun Sampah di Kamar, Ini Penjelasan Soal Hoarding Disorder Berikut Gejala, Penyebab dan Pengobatan

Suhardiman Suara.Com
Selasa, 16 Juli 2024 | 22:30 WIB
Viral Anak Kos Timbun Sampah di Kamar, Ini Penjelasan Soal Hoarding Disorder Berikut Gejala, Penyebab dan Pengobatan
ilustrasi hoarding disorder. [freepik.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Video yang menampilkan timbunan sampah dan benda-benda berserakan dalam kamar kos viral di media sosial. Dilihat dari unggahan akun instagram @memomedsos, tampak penghuni kos langsung mendatangi kamar kos itu dan melihat kondisi di dalamnya yang penuh tumpukan sampah dan benda-benda berserakan.

Tampak juga wanita pemilik kos berupaya menutup hidungnya karena mencium aroma tidak sedap dari dalam ruangan. Dalam narasinya pengunggah video menyebutkan kalau penghuni kos itu diduga mengidap hoarding disorder.

"Gerebek penghuni kosan yang diduga punya penyakit hoarding disorder, isi kamarnya isi kamarnya bikin ibu kost ini shock," tulis dalam unggahan dilihat Selasa (16/7/2024).

Lantas apa itu penyakit hoarding disorder yang diduga diidap penghuni kos yang menumpuk sampah tersebut. Berikut penjelasannya.

Hoarding disorder adalah perilaku gemar menimbun barang atau benda-benda yang sudah kotor atau rusak. Hoarding disorder sering kali tidak terorganisir dan mengganggu aktivitas sehari-hari.

Gejala Awal dari Hoarding Disorder Meliputi

- Menimbun barang dalam jumlah berlebihan

Penderita hoarding disorder sering kali menyimpan barang-barang yang tidak diperlukan atau tidak memiliki nilai, seperti koran, majalah, perlengkapan rumah tangga, dan pakaian yang sudah kotor dan rusak.

- Sulit membuang barang

Mereka mengalami kesulitan untuk membuang barang-barang, bahkan jika barang tersebut tidak lagi berguna atau tidak memiliki nilai.

- Merasa cemas ketika hendak membuang barang

Penderita hoarding disorder sering kali merasa cemas atau sedih ketika harus membuang barang-barang yang mereka timbun.

- Ruangan menjadi berantakan

Akibat penimbunan barang, ruangan di rumah menjadi berantakan dan tidak dapat digunakan.

- Kesulitan mengatur barang

Mereka sering kali kesulitan untuk mengatur dan menata barang-barang yang mereka kumpulkan, sehingga barang-barang tersebut tidak tertata dengan baik.

- Merasa perlu menyimpan barang tertentu

Penderita hoarding disorder sering kali merasa perlu untuk menyimpan barang-barang tertentu, bahkan jika barang tersebut tidak lagi berguna.

- Konflik dengan orang lain

Kondisi ini dapat menyebabkan konflik dengan orang lain yang mencoba mengurangi atau menghilangkan tumpukan barang dari rumah.

Penyebab Hoarding Disorder

Penyebab hoarding disorder belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa faktor risiko yang dikaitkan dengan kondisi ini adalah:

Dilansir dari halodoc.com, Hoarding disorder bisa dimulai sekitar usia 11-15 tahun, dan cenderung memburuk seiring bertambahnya usia. Ada beberapa faktor yang memicu risiko hoarding disorder, yaitu:

Kepribadian

Banyak orang yang memiliki gangguan ini memiliki temperamen ragu-ragu atau plin-plan.

Sejarah Keluarga

Kondisi ini bisa terjadi atau menurun dalam keluarga. Jadi, jika kamu memiliki orang tua memiliki gangguan ini, kamu atau saudara kandungmu juga mungkin mengalaminya.

Stres dalam Kehidupan

Peristiwa kehidupan yang penuh tekanan dapat menyebabkan seseorang mengidap gangguan ini. Beberapa orang dengan hoarding disorder mengalami gangguan penimbunan setelah mengalami peristiwa kehidupan yang penuh tekanan yang sulit mereka atasi. Seperti akibat kematian orang yang dicintai, perceraian, penggusuran, atau kehilangan harta benda akibat kebakaran.

Pengobatan Hoarding Disorder

Dilansir dari alodokter.com, hoarding disorder dapat diatasi dengan psikoterapi dan pemberian obat-obatan. Berikut adalah penjelasannya:

Psikoterapi

Pada terapi perilaku kognitif, dokter akan melatih pasien untuk menahan keinginan menimbun barang dan membuang barang-barang yang ditumpuk. Terapi ini dapat melibatkan anggota keluarga atau orang yang tinggal serumah dengan pasien.

Obat-obatan

Dokter dapat meresepkan obat-obatan jika pasien menderita gangguan mental lain, seperti depresi dan gangguan kecemasan. Obat-obatan yang biasanya diresepkan adalah jenis antidepresan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI