Bacaan Niat Puasa 9 dan 10 Muharram, Bolehkah Digabung dengan Puasa Qadha Ramadhan?

Senin, 15 Juli 2024 | 15:11 WIB
Bacaan Niat Puasa 9 dan 10 Muharram, Bolehkah Digabung dengan Puasa Qadha Ramadhan?
Bacaan Niat Puasa 9 dan 10 Muharram, Bolehkah Digabung dengan Puasa Qadha Ramadhan? (Pexels)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sejumlah orang yang masih memiliki utang puasa di bulan Ramadhan juga ingin menjalankan puasa Tasua dan Asyura yang jatuh pada 9 dan 10 Muharram. Bagaimana hukum menggabung puasa sunnah dengan puasa wajib ini? Lalu seperti apa niat puasa 9 dan 10 Muharram sekaligus qadha Ramadhan?

Seperti yang diketahui, umat Islam yang masih memiliki utang puasa Ramadhan wajib membayarnya di luar bulan Ramadhan. Adapun qadha puasa wajib sendiri dapat dikerjakan mulai dari tanggal 2 Syawal sampai sebelum memasuki bulan Ramadhan berikutnya. Di sisi lain, seorang muslim juga sangat dianjurkan untuk mengerjakan puasa Tasua dan Asyura yang hanya ada di bulan Muharram.

Di bulan yang istimewa ini, umat Islam tentu berlomba-lomba melaksanakan puasa sunnah Muharram untuk menambah pahala. Namun, masih memiliki kewajiban untuk mengganti puasa Ramadhan. Oleh karena itu, kita perlu memahami niat dan hukumnya.

Niat Puasa 9 dan 10 Muharram Sekaligus Qadha Ramadhan

Nah bagi umat Islam yang ingin melaksanakan kedua ibadah ini sekaligus, berikut bacaan niat puasa qadha Ramadhan dengan puasa sunnah Tasua-Asyura.

Baca Juga: Bacaan Doa Buka Puasa Tasua dan Asyura Sekaligus Qadha Ramadhan Lengkap

1. Lafal niat puasa sunnah Tasua

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ التَا سُوعَاء لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatit Tasû‘â lillâhi ta‘âlâ.

Artinya: “Aku berniat puasa sunnah Tasu‘a esok hari karena Allah SWT.”

2. Lafal niat puasa sunnah Asyura

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ ِعَا شُورَاء لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatil âsyûrâ lillâhi ta‘âlâ.

Baca Juga: Kapan Puasa Tasua dan Asyura 9-10 Muharram? Jangan Sampai Keliru, Ini Jadwal Versi Pemerintah-Muhammadiyah

“Aku berniat puasa sunnah Asyura esok hari karena Allah Swt.”

3. Lafal niat puasa Tasua dan Asyura di siang hari

نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ التَا سُوعَاء أو عَا شُورَاء لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i sunnatit Tasû‘â awil âsyûrâ lillâhi ta‘âlâ

Artinya: “Aku berniat puasa sunnah Tasu’a atau Asyura hari ini karena Allah SWT.”

4. Lafal Niat Puasa Qadha Ramadhan

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin 'an qadhā'I fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta'âlâ.

Artinya: "Aku berniat untuk mengqadha puasa Bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT."

Hukum Menggabungkan Puasa 9 dan 10 Muharram dan Qadha Ramadhan

Menyadur dari laman NU Online, terdapat perbedaan pendapat ulama tentang hukum menggabungkan niat puasa qadha Ramadhan dengan puasa Tasua-Asyura. Pendapat pertama menyebut sah dan kedua-duanya bernilai pahala, lalu pendapat kedua tidak diperbolehkan bahkan keduanya tidak sah.

Imam Ar-Ramli (wafat 1004 H) menerangkan melalui kitabnya Nihayatul Muhtaj terkait keabsahan ketika menggabungkan dua niat puasa qada dengan puasa sunnah. 

وَلَوْ صَامَ فِي شَوَّالٍ قَضَاءً أَوْ نَذْرًا أَوْ غَيْرَهُمَا أَوْ فِي نَحْوِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ حَصَلَ لَهُ ثَوَابُ تَطَوُّعِهَا كَمَا أَفْتَى بِهِ الْوَالِدُ - رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى - تَبَعًا لِلْبَارِزِيِّ وَالْأَصْفُونِيِّ وَالنَّاشِرِيِّ وَالْفَقِيهِ عَلِيِّ بْنِ صَالِحٍ الْحَضْرَمِيِّ وَغَيْرِهِمْ

Artinya, "Kalau seorang puasa qadha atau nadzar di hari Asyura, maka dia mendapatkan pahala puasa sunnah Asyuranya juga, sebagaimana fatwa ayah kami (Sayamsudin ar-Ramli) mengikuti fatwanya al-Barizi, al-Asfuni, an-Nasyiri, al-Faqih Ali bin Shalih al-Hadrami dan selainnya." (Syihabbuddin ar-Ramli, Nihayatul Mujtaj [Bairut, Darul Fikr: 1984 H] juz III halaman 208).

Sementara itu, Imam Abdurahman Ba'alawi (wafat 1320 H) di dalam kitabnya, Bugyatul Mustarsyidin fi Talkhish Fatawa Ba’dh al-Aimmah al-Muta-akhkhirin menjelaskan perbedaan pendapat terkait permasalahan ini sebagai berikut. 

ظاهر حديث : "وأتبعه ستاً من شوّال" وغيره من الأحاديث عدم حصول الست إذا نواها مع قضاء رمضان ، لكن صرح ابن حجر بحصول أصل الثواب لإكماله إذا نواها كغيرها من عرفة وعاشوراء 

Artinya, "Dzahir hadits "kemudian dilanjutkan dengan enam hari di bulan Syawal" dan hadits-hadits lainnya mengindikasikan tidak tercapainya kesunnahan puasa enam hari di bulan Syawal jika diniatkan bersamaan dengan niat qadha Ramadhan. Akan tetapi Ibnu Hajar menjelaskan tentang dihasilkannya pahala sunah karena ia telah dianggap telah menyelesaikannya, jika ia meniatkannya termasuk juga puasa sunah lainnya seperti puasa sunah Arafah, Asyura dan lain-lain"

Melalui kedua hadits di atas dapat disimpulkan bahwa hukum menggabungkan niat puasa qadha Ramadhan dengan puasa Tasua dan Asyura ada perbedaan pendapat di kalangam ulama madzhab Syafi'i. 

Pendapat pertama menyatakan sah, bila ingin menggabungkan niat puasa qadha Ramadhan dengan puasa Tasua dan Asyura. Bahkan kedua puasa ini tetap bernilai pahala. Pendapat tersebut datang dari al-Baziri, Syihabuddin ar-Ramli, Syamsuddin ar-Ramli, Ibnu Hajar dan yang lainnya.

Di sisi lain, menurut Imam Abu Makhramah mengikuti pendapat Imam as-Samhudi menyatakan jika penggabungan dua niat puasa wajib dan sunah dalam waktu yang bersamaan justru akan membuat puasa ini tidak sah. Hal ini bahkan seperti tidak sahnya niat sholat dzuhur dan sunah ba'diyahnya dalam satu waktu. Bahkan, beliau juga berpendapat bahwa puasa sunah tidak sah bila masih memiliki tanggungan qadha Ramadhan. Wallahu a'lam bisshawab.

Itu tadi niat puasa 9 dan 10 Muharram sekaligus qadha Ramadhan lengkap dengan penjelasan terkait hukum melaksanakannya. Semoga bermanfaat!

Kontributor : Putri Ayu Nanda Sari

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI