Suara.com - Puasa Tasua dilakukan setiap tanggal 9 Muharram. Sedangkan puasa Asyura pada 10 Muharram. Puasa Tasua dan puasa Asyura memiliki keutamaan yang luar biasa hingga menghapuskan dosa masa lalu.
Dalil puasa tersebut tercantum dalam hadits Nabi Muhammad SAW, seperti yang dikutip dalam buku Fikih Puasa oleh Ali Mustafa Siregar yang artinya: "Sungguh, jika aku masih hidup sampai tahun depan niscaya aku akan berpuasa pada tanggal 9 dan 10 (Muharram)". (HR Ahmad)
Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga pernah bersabda di hadits lain, yang artinya: "Sebaik-baik puasa setelah bulan Ramadan adalah puasa bulan Muharram dan sebaik-baik salat setelah salat wajib adalah salat malam." (HR Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa'i, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Ada sejumlah keutamaan puasa Tasua dan Asyura yang didapatkan bagi Muslim yang menunaikannya, di antaranya:
Baca Juga: Bingung Niat Puasa Weton Anak? Ini Bacaannya yang Mudah Dihapal
1. Hapus Dosa Setahun
Dalam buku Panduan Muslim Sehari-hari yang disusun Hamdan Rasyid dan Saiful Hadi El-Sutha, dijelaskan bahwa melaksanakan puasa Asyura dapat menghapus dosa seseorang setahun lalu. Hal itu juga dinyatakan dalam hadits dari Abu Qatadah Al Anshary, Nabi SAW bersabda yang artinya:
"Puasa Arafah menghapus dosa dua tahun yang lalu dan yang akan datang, sementara puasa Asyura menghapus dosa setahun yang lalu." (HR Muslim)
2. Pembeda Umat Islam dan Yahudi
Puasa Tasua menjadi pembeda antara umat Islam dan Yahudi. Pasalnya, umat Yahudi mengerjakan puasa Asyura pada 10 Muharram.
Baca Juga: Kapan Puasa Asyura 2024? Jadwalnya Minggu Depan, Ini Bacaan Niat, Hadits, Keutamaan dan Tata Caranya
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW berkata yang artinya:
"Puasalah kalian pada hari Asyura dan bedakan dengan kaum Yahudi, puasalah kalian sehari sebelum atau sesudahnya." (HR Ahmad)
3. Pahalanya Setara 10.000 Malaikat
Berpuasa sunnah di bulan Muharram disebut mengandung pahala setara 10 ribu malaikat. Hal ini disebut dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad SAW yang artinya:
"Barang siapa berpuasa di hari Asyura (10 Muharam), maka Allah SWT memberinya pahala 10 ribu malaikat. Dan, barang siapa berpuasa di hari Asyura (10 Muharam), maka ia diberi pahala 10.000 orang berhaji dan berumrah dan 10 ribu pahala orang mati syahid. Barang siapa mengusap kepala anak anak yatim di hari tersebut, maka Allah SWT menaikkan dengan setiap rambut satu derajat. Barang siapa memberi makan kepada orang mukmin yang berbuka puasa di hari Asyura, maka seolah-olah ia memberi makan seluruh umat Rasulullah SAW yang berbuka puasa dan mengenyangkan perut mereka." (HR Muslim)
Sejarah Puasa Tasua dan Asyura
Mengutip pemberitaan media online yang melansir buku Fiqih Kontroversi Jilid 2 susunan H M Anshary, puasa Tasua dan Asyura berawal saat Rasulullah SAW berada di Mekkah. Beliau menunaikan puasa Asyura secara diam-diam.
Dari Aisyah RA, ia berkata:
"Di zaman jahiliyah dahulu, orang Quraisy biasa melakukan puasa Asyura. Rasulullah SAW juga melakukan puasa tersebut. Tatkala tiba di Madinah, beliau melakukan puasa tersebut dan memerintahkan yang lain untuk melakukannya. Namun ketika puasa Ramadan diwajibkan, beliau meninggalkan puasa Asyura. Dan beliau berkata: Barangsiapa yang mau silahkan berpuasa. Barangsiapa yang tidak mau, silakan meninggalkannya." (HR Bukhari dan Muslim)
Saat di Mekkah, Nabi Muhammad SAW tidak memerintahkan para sahabat untuk melakukan puasa Tasua dan Asyura. Lantas, saat hijrah ke Madinah, Rasulullah SAW melihat orang-orang Yahudi melakukan puasa Asyura dan memuliakan hari tersebut, Nabi SAW pun ikut berpuasa seraya mengimbau para sahabat untuk ikut berpuasa.
Hal itu tertuang dalam dari Ibnu Abbas RA. Ia mengisahkan saat Rasulullah SAW tiba di Madinah, lalu mendapati orang-orang Yahudi melakukan puasa Asyura. Kemudian Rasulullah SAW bertanya, "Hari yang kalian berpuasa ini hari apa?"
Orang-orang Yahudi tersebut menjawab, "Ini adalah hari yang sangat mulia. Ini adalah hari di mana Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya. Ketika itu pula Firaun dan kaumnya ditenggelamkan. Musa berpuasa pada hari ini dalam rangka bersyukur, maka kami pun mengikuti beliau berpuasa pada hari ini."
Kemudian Rasulullah SAW bersabda, "Kita seharusnya lebih berhak dan lebih utama mengikuti Musa daripada kalian." (HR Muslim)
Setelah peristiwa itu, Rasulullah SAW memerintahkan muslimin untuk berpuasa. Sementara itu, puasa Ramadan diwajibkan pada tahun ke-2 Hijriah. Sejak turunnya perintah kewajiban puasa Ramadan itu, Nabi Muhammad SAW tidak lagi melakukan puasa Asyura dan tidak lagi memerintahkan serta tidak pula melarang sahabat melakukannya.
Rasulullah SAW mengatakan bahwa siapapun yang ingin puasa Asyura silahkan dan yang tidak ingin juga tidak masalah, seperti tertuang dalam hadits Rasulullah SAW yang artinya:
"Tatkala Rasulullah SAW melaksanakan puasa Asyura dan menyuruh para sahabat melakukannya. Para sahabat bertanya: Ya Rasulullah SAW sesungguhnya hari ini adalah hari yang orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadikannya hari besar. Beliau menjawab: Bila usia kita sampai tahun depan, Insyaallah kita puasa pada tanggal 9 Muharram (Tasua). Ia berkata: Dan sebelum sampai datang tahun berikutnya Rasulullah SAW telah wafat." (HR Muslim)
Meski Nabi Muhammad SAW sempat meninggalkan puasa Asyura setelah turunnya perintah puasa Ramadan, jelang akhir usianya, beliau bersama para sahabat melaksanakan puasa Asyura lagi. Ia juga bermaksud di tahun yang mendatang melaksanakan puasa pada hari kesembilan Muharram atau puasa Tasua untuk menyelisihi puasa Asyura yang dilakukan Yahudi.
Para ulama sepakat bahwa hukum puasa Tasua dan Asyura sunnah atau dianjurkan sekaligus. Namun, tidak masalah juga jika hanya ingin melaksanakan Asyura tanpa Tasua.