Mengintip Peternakan Belatung Pengurai Sampah Organik, Geli-geli Cuan!

Risna Halidi Suara.Com
Jum'at, 12 Juli 2024 | 16:48 WIB
Mengintip Peternakan Belatung Pengurai Sampah Organik, Geli-geli Cuan!
Olahan larva menjadi pakan ternak di Magalarva. (Suara.com/Risna Halidi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Larva atau atau maggot, merupakan anak serangga yang lebih familiar dengan sebutan belatung. Meski terkesan menjijikan, namun larva ikut berkontribusi mengurai sampah terutama sampah organik yang menumpuk lho!

Dalam kunjungan Suara.com beberapa waktu lalu ke 'peternakan' larva, hewan kecil itu rupanya bisa dibudidayakan dan sangat menguntungkan.

Dikatakan CEO Magalarva, Rendria Labde, larva bisa membantu mengurai sampah organik serta dapat menjadi sumber protein yang baik untuk pakan ternak atau peliharaan.

"Food waste (sampah makanan) nanti akan dimakan oleh maggot, yang nanti maggot ini akan tumbuh jadi besar," kata Rendria saat ditemui di kawasan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Sebagian Limbah yang Dihasilkan Tidak Didaur Ulang, Kemasan Kosmetik Sumbang Jutaan Ton Sampah Plastik ke Perairan!

"Dan kita jual untuk pakan ternak bisa untuk ikan, ayam, bebek. Bisa juga untuk pakan peliharaan seperti burung, anjing dan kucing," tambahnya lagi.

Magalarva sendiri merupakan perusahaan rintisan atau startup sekaligus produsen pakan ternak berprotein tinggi. Mereka menggunakan larva lalat Black Soldier Fly atau BSF, yang dihasilkan oleh pengolahan sampah organik.

Untuk bisa mendapatkan 'makanan' larva tersebut, Rendria sampai harus berkolaborasi dengan rumah makan, hotel, hingga dinas setempat.

Olahan larva menjadi pakan ternak di Magalarva. (Suara.com/Risna Halidi)
Olahan larva menjadi pakan ternak di Magalarva. (Suara.com/Risna Halidi)

"Dulu sampah yang kita olah hanya 20 kg per hari. Sekarang sekitar 9-10 ton sampah per hari. Kita lagi menuju ke arah (mengolah) 12 ton untuk bisa mengolah sampah lebih banyak," terangnya.

Karena aksinya yang cukup menginspirasi dan memiliki dampak sosial, Magalarva menjadi salah satu perusahaan yang mendapat bantuan senilai 200.000 SGD dari Bank DBS melalui DBS Foundation.

Baca Juga: Bersih-bersih Bareng Komunitas Penjaga Laut, Puluhan Kilogram Sampah Diangkut dari Pantai Tanjung Pasir

Selain Magalarva, perusahaan lain yang juga mendapat dana hibah adalah Du Anyam, sebuah social enterprise yang memberdayakan dan meningkatkan kualitas hidup perempuan lewat kerajinan anyaman.

Dikatakan CEO Du Anyam, Melia Winata, Du dalam Bahasa Sikka berarti Ibu.

Produk kerajinan Du Anyam. (Suara.com/Risna Halidi)
Produk kerajinan Du Anyam. (Suara.com/Risna Halidi)

"Jadi Du Anyam artinya ibu yang menganyam. Nah Du Anyam ini menghubungkan keterampilan perempuan yang ada di desa yaitu menganyam, untuk dijual ke pasar," kata Melia di kantor miliknya di kawasan Jakarta Pusat, pada Selasa (10/7/2024).

Kini Du Anyam telah memiliki sekitar 1600 penganyam yang tersebar di Nusa Tenggara Timur dan Kalimantan Selatan. Dua produk yang menjadi unggulan mereka adalah suvenir dan aneka keranjang yang cocok dijadikan dekorasi rumah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI