Benarkah Menikah di Bulan Muharram Bakal Undang Kesialan? Simak Penjelasan Lengkapnya!

Rabu, 10 Juli 2024 | 11:06 WIB
Benarkah Menikah di Bulan Muharram Bakal Undang Kesialan? Simak Penjelasan Lengkapnya!
Ilustrasi Bulan Muharram (freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Memasuki bulan Muharram menjadi hal yang kerap diperbincangkan banyak orang. Pasalnya, pada bulan ini seringkali dikaitkan dengan berbagai hal mistis, salah satunya terkait larangan menikah.

Berdasarkan mitos di masyarakat Jawa, menikah di bulan Muharram dipercaya dapat menimbulkan kesialan. Selain itu, orang yang menikah di bulan Muharram dikatakan akan mengalami berbagai masalah mulai dari banyak utang, banyak keributan, dan lain-lain.

Bahkan, ada kepercayaan alasan larangan menikah di bulan Muharram ini karena bertepatan dengan pernikahan penguasa laut Selatan, Nyi Roro Kidul. Sementara bagi kepercayaan masyarakat Jawa dianjurkan menikah pada bulan Dzulhijjah karena memberikan keberuntungan.

Namun, sebenarnya bagaimana dalam kepercayaan Islam mengenai menikah di bulan Muharram?

Baca Juga: Mirip Artis Bollywood, OOTD Kahiyang Ayu Rayakan 1 Muharram Jadi Sorotan

Dikutip dari NU Online, terkait menikah sendiri merupakan sunah Rasulullah SAW. Jika sudah memenuhi persyaratan untuk menikah, maka diperbolehkan untuk menyegerakannya tanpa harus melihat bulannya terlebih dahulu.

Terkait anjuran menikah ini juga dijelaskan dalam Al Quran dalam surat An-Nur ayat 32:

“Dan menikahlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan.”

Bukan hanya dari Al Quran, anjuran untuk menikah ini juga disampaikan Rasulullah SAW dalam hadis:

“Wahai para pemuda, jika kalian telah mampu terhadap biaya, maka menikahlah. Sungguh menikah itu lebih menentramkan mata dan lebih menjaga kelamin. Maka apabila tidak mampu, berpuasalah karena puasa bisa menjadi tameng. (Imam Taqiyuddin Abi Bakr bin bin Muhammad al-Husaini asy-Syafi'i, Kifayah al-Akhyar, Surabaya: Dar al-Jawahir, t. th, juz 2, halaman: 30).”

Baca Juga: Kapan Puasa Asyura dan Tasua 2024? Ini Jadwal Puasa Bulan Muharram, Bacaan Niat dan Keutamaannya

Dalam Islam juga tidak memiliki aturan waktu, hari, tanggal, dan bulan untuk melaksanakan pernikahan. Sementara terkait mitos menikah di bulan Muharram dapat timbulkan kesialan tidaklah benar. Dalam kitab Bughyatul Mustarsyidin dijelaskan, bahwa seseorang hendaknya tidak mempercayai apakah menikah di hari ini dan di malam ini baik atau buruk.

“Jika terdapat seorang ahli nujum berkata serta meyakini semuanya itu adalah pengaruh dari Allah, Allah-lah yang membuat kebiasaan terhadap anggapan sesungguhnya hal itu akan terjadi demikian ketika demikian. Maka hal itu tidak masalah. Lalu, dari mana kritikan itu datang, muncul atas seseorang yang percaya terhadap pengaruh bintang dan pengaruh makhluk. Mereka percaya jika ilmu bintang itu dapat mempengaruhi nasib baik dan buruk pernikahan. (Sayyid Abdurrahman al-Masyhur, Bughyah al-Mustarsyidin, Bairut: Dar al-Fikr, 1994 halaman: 337).”

Keutamaan Bulan Muharam: Bulan Penuh Mukjizat dan Keistimewaan bagi Umat Islam

Bulan Muharam adalah salah satu bulan yang memiliki keistimewaan khusus dalam kalender Islam. Bulan ini menjadi waktu yang penuh berkah dan mukjizat bagi umat Islam yang memohon ampun kepada Allah SWT. Berikut adalah beberapa keutamaan yang menjadikan bulan Muharam sangat istimewa:

1. Menghapus Dosa Setahun dengan Puasa Asyura

Puasa sunnah di bulan Muharam sangat dianjurkan, terutama pada hari ke-10 yang dikenal sebagai Puasa Asyura. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa bulan Muharam dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam" (HR Muslim). Melalui puasa Asyura, dosa-dosa satu tahun yang lalu dapat dihapus, sebagaimana disampaikan oleh Rasulullah SAW dalam hadits riwayat Abu Qatadah r.a., "Puasa Asyura melebur dosa setahun yang telah lewat" (HR Muslim).

Selain puasa pada hari ke-10, umat Islam juga dianjurkan untuk berpuasa pada tanggal 9 Muharam (Puasa Tasu’a) dan 11 Muharam. Ini dilakukan untuk membedakan umat Islam dari umat Yahudi yang hanya berpuasa pada hari Asyura.

2. Dilapangkannya Rezeki bagi yang Menafkahi Keluarga

Selain puasa Asyura, umat Islam juga dianjurkan untuk menambah nafkah keluarga pada tanggal 10 Muharam. Habib Muhammad bin Farid al-Mutohhar menjelaskan bahwa menafkahi keluarga pada hari ini adalah salah satu ajaran Nabi. Dengan melapangkan rezeki untuk keluarga, diharapkan Allah akan melapangkan rezeki kita. Amalan-amalan sunnah lainnya yang dianjurkan pada hari Asyura meliputi bersilaturahmi, menjenguk orang sakit, mengusap kepala anak yatim, bersedekah, memotong kuku, memakai celak, dan melakukan berbagai amal baik lainnya.

3. Bulan Terjadinya Peristiwa-Peristiwa Agung

Bulan Muharam, terutama pada hari Asyura, dipenuhi dengan peristiwa-peristiwa agung yang melibatkan para nabi. Beberapa di antaranya adalah:

  • Taubat Nabi Adam a.s. diterima setelah dikeluarkan dari surga.
  • Nabi Nuh a.s. dan kaumnya diselamatkan dari banjir bandang.
  • Nabi Ibrahim a.s. diselamatkan dari api yang dinyalakan oleh Raja Namrud.
  • Nabi Musa a.s. dan Bani Israil diselamatkan dengan dibelahnya Laut Merah, sementara Fir’aun ditenggelamkan.
  • Nabi Yunus a.s. dikeluarkan dari perut ikan besar.
  • Nabi Ayyub a.s. disembuhkan dari penyakitnya.
  • Nabi Muhammad SAW diampuni dari kesalahan yang telah lewat dan yang akan datang.

Dari peristiwa-peristiwa tersebut, kita dapat melihat bahwa Allah SWT adalah Maha Penolong dan Maha Pelindung. Allah tidak hanya menolong hamba-Nya, tetapi juga memberikan ampunan yang luas dan melipatgandakan pahala bagi yang taat kepada-Nya, terutama di bulan Muharam yang mulia ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI