Suara.com - Penyanyi sekaligus dokter estetika Tompi buka suara soal kemarahannya kepada tim konten YouTube Atta Halilintar. Pasalnya, konten Grebek Rumah milik tim Atta dianggap sudah mempertontonkan kebodohan dan merugikannya.
Dr Tompi geram karena tim Atta menuliskan harga rumahnya sebesar Rp150 miliar di judul video YouTube. Padahal, ia tidak pernah memberikan konfirmasi terkait harga rumahnya. Akibatnya, judul klikbait itu membuat Tompi dipanggil oleh petugas pajak.
Kemarahan Tompi terhadap tim Atta banyak mendapat respons publik. Banyak warganet yang memuji kemampuan Tompi untuk bersuara dan tidak tinggal diam.
"Cerdas banget pemikiran bang Tompi, wawasannya luas," puji warganet.
Baca Juga: Pendidikan Mentereng 2 Kakak Xaviera Putri Peserta CoC, Satu Keluarga Pintar Semua!
"Inilah pentingnya sekolah, bravo bang Tompi," tulis warganet lain.
Mengenai itu, menarik untuk melihat latar belakang pendidikan Tompi dan Atta Halilintar yang sempat bermasalah terkait konten YouTube.
Pendidikan Tompi
Nama lengkap dan gelar Tompi adalah dr. Teuku Adifitrian, Sp.BP-RE. Ia lahir di Lhokseumawe, Aceh pada tanggal22 September 1978.
Sejak kecil, Tompi menghabiskan waktunya di kota Serambi Mekkah tersebut. Ia sekolah SMA Negeri Modal Bangsa Kuta Baro, Aceh Besar dan berhasil lulus pada1997.
Baca Juga: Pendidikan Mentereng Mamah Dedeh, Ogah Dipanggil 'Hajjah' meski Sudah 33 Kali Naik Haji
Usai menamatkan SMA, Tompi kuliah dengan mengambil jurusan S1 Kedokteran. Ia masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) dan berhasil meraih gelar Sarjana Kedokteran pada 2003.
Selepas lulus kuliah, Tompi tidak hanya merintis karier sebagai dokter, tetapi juga terjun ke dunia hiburan sebagai penyanyi. Sukses sebagai penyanyi, Tompi tetap berusaha mengimbanginya dengan kariernya sebagai dokter.
Tompi rupanya ingin menjadi dokter bedah. Ia kemudian melanjutkan pendidikan di S2 Spesialisasi Bedah Plastik di Fakultas Kedokteran UI. Gelar spesialis Tompi ini berhasil diraih pada 2010.
Kini, Tompi sukses memiliki klinik kecantikan dan bedah plastik bernama Beyoutiful Clinic. Klinik Tompi ini juga tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Mulai dari Jakarta Selatan hingga 11 cabang lainnya di Bogor, Bekasi, Surabaya hingga Yogyakarta.
Pendidikan Atta Halilintar
Berbeda dengan Tompi yang berhasil meraih gelar S2 Kedokteran, Atta Halilintar malah baru saja menamatkan Paket C. Diketahui Paket C adalah ijazah setara SMA dari Sekolah Belajar Berkemas.
Bukan tanpa sebab, Atta dan adik-adiknya di keluarga Gen Halilintar memang menjalani homeschooling sejak kecil. Ini karena kesibukan kedua orang tua mereka, Halilintar Anofial dan Geni Faruk, yang kerap membawa anak-anaknya berkeliling ke luar negeri.
Alhasil, Atta dan adik-adiknya harus menjalani pendidikan jarak jauh atau homeschooling. Termasuk harus mengejar wajib belajar 12 tahun melalui Paket A, Paket B, dan Paket C.
Atta sempat menceritaka bahwa ia pernah bersekolah SD di Sekolah Indonesia Kuala Lumpur. Sayang, pendidikan SD di Negeri Jiran tidak selesai karena keluarganya pindah dari Kuala Lumpur ke Jakarta.
Prahara Rumah Rp150 Miliar, Tompi Dipanggil Petugas Pajak
Tompi sendiri mengaku langsung memprotes kekeliruan informasi harga rumahnya kepada tim Atta. Namun, tim Atta malah pede menyebut bahwa nominal itu sengaja dipakai untuk menarik perhatian penonton.
"Ini adalah salah satu bentuk kebodohan yang diciptakan oleh konten kreator. Jadi saya pernah marah banget sama timnya Atta (Halilintar) tuh karena mereka nulis di YouTube channelnya mereka, rumah saya seharga Rp 150 milliar malah bukan Rp 100 milliar," ujar Tompi dalam acara Tompi Punya Mimpi, Minggu (7/7/2024).
"Terus saya nanya ke mereka (tim Atta), 'Lo dapat angka tersebut (harga rumah Rp150 miliar) dari mana? Emangnya gue ngomong (harganya segitu)?' Mereka jawab, 'Nggak sih mas, biar seru aja'. Gila nggak tuh?" lanjut Tompi.
Kejengkelan Tompi kepada tim Atta pun tak sampai di situ. Ia sampai harus mengklarifikasi hartanya saat didatangi oleh petugas pajak gegara konten Grebek Rumah.
"Lalu saya dipanggil sama petugas pajak. Dipanggil, dipanggil, terus. Waktu saya ketemu sama petugas pajak, saya bilang, 'Pak, harusnya yang kalian panggil itu yang nulis (harga rumah)', iya kan? Ini malah jadi ngerepotin gue nih," ucap Tompi.
Dalam kesempatan ini, Tompi menilai content creator seharusnya bisa selektif dalam membuat konten. Tujuannya tentu agar konten yang dihasilkan tidak merugikan orang lain.
Kontributor : Dea Nabila