Kontroversi Tas Dior: Modal Rp900 Ribuan, Dijual di Toko Hingga Rp45 Juta

Senin, 08 Juli 2024 | 12:50 WIB
Kontroversi Tas Dior: Modal Rp900 Ribuan, Dijual di Toko Hingga Rp45 Juta
Dior Rilis Koleksi Ramadan di Timur Tengah. (Dok. Dior/Photographer: Mazen Abusrour)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Merek tas branded asal Paris, Dior, belakangan jadi sorotan publik akiabt sejumlah kontroversinya yang terungkap. Dikenal sebagai salah satu tas mewah terkemuka hingga harganya bisa mencapai ratusan juta rupiah. Akan tetapi, modal satu tas Dior disebut hanya berkisar Rp900 ribuan. 

Tak hanya itu, Dior juga diisukan lakukan eksploitasi pekerja asing untuk membuat produknya. Dilaporkan oleh The Wall Street Journal, berdasarkan penyelidikan oleh jaksa di Pengadilan Milan, Italia, pabrik-pabrik di negara itu yang memproduksi tas dan berbagai barang kulit untuk Dior disebut telah mengeksploitasi tenaga kerja asing. Tak hanya Dior, brand asal Italia, Armani, juga disebut lakukan hal serupa.

Kedua brand tersebut menggunakan jasa pekerja asing untuk memproduksi produk-produk kelas atas, tapi dibayar dengan harga yang lebih murah dari harga di pasaran. Dokumen yang ditinjau sebagai bagian dari penyelidikan tertulis rincian pembayaran tas hasil produksi para pekerja tersebut.

Dituliskan kalau Dior hanya membayar 53 euro (Rp932 ribu) per tas tangan kepada pemasoknya. Kemudian tas yang sama dijual lagi di toko dengan harga 2.600 euro (Rp45,7 juta).

Baca Juga: Ambil Raport Anak, Mulan Jameela Tenteng Tas Seharga Mobil Bekas

Sementara tas Armani, yang awalnya dibeli seharga 93 euro (Rp1,6 juta) dari pemasok, dijual kembali ke merek tersebut seharga 250 euro (Rp4,4 juta) dan selanjutnya dihargai sekitar 1.800 euro (Rp31,6 juta) di toko.

Biaya-biaya itu tidak termasuk pengeluaran untuk bahan-bahan seperti kulit, dan pengeluaran tambahan ditanggung secara terpisah untuk desain, distribusi, dan pemasaran.

Investigasi lebih lanjut mengungkapkan bahwa beberapa dari pabrik tas tersebut semuanya berlokasi di Italia, juga memproduksi barang-barang untuk label fesyen terkenal lainnya.

Jaksa mengkritik perusahaan-perusahaan mewah karena gagal mengawasi rantai pasokan mereka. Namun, perusahaan tersebut tidak dikenakan tuntutan terkait temuan itu. Beberapa pemasok yang dimiliki secara independen dapat dikenakan tuntutan atas eksploitasi pekerja dan mempekerjakan pekerja tanpa dokumentasi yang tepat.

Dior, yang dimiliki oleh raksasa mewah LVMH, tidak mengomentari laporan tersebut. Sementara, Armani mengatakan pihaknya memiliki langkah-langkah pengendalian dan pencegahan untuk meminimalkan pelanggaran dalam rantai pasokan dan bekerja sama dengan sangat transparan dengan pihak berwenang, kata laporan WSJ. 

Baca Juga: Gaya Angelina Sondakh saat Jalan-Jalan di Barcelona, Tenteng Tas Klasik Ini

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI