Dior Jual Tas Rp Rp 41 juta, Ternyata Modalnya Cuma Rp 800 Ribuan

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Jum'at, 05 Juli 2024 | 13:43 WIB
Dior Jual Tas Rp Rp 41 juta, Ternyata Modalnya Cuma Rp 800 Ribuan
Dior Rilis Koleksi Ramadan di Timur Tengah. (Dok. Dior/Photographer: Mazen Abusrour)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Investigasi baru-baru ini mengungkapkan bahwa dua rumah mode mewah paling terkemuka di Italia, Dior dan Giorgio Armani, mengeluarkan biaya yang sangat rendah untuk memproduksi tas tangan yang dijual seharga ribuan dolar.

Penemuan ini terjadi sebagai bagian dari penyelidikan menyeluruh terhadap subkontraktor yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan tersebut.

Jaksa Italia di Milan telah menyelidiki penggunaan pemasok pihak ketiga oleh anak perusahaan LVMH, Dior, selama beberapa bulan terakhir. Menurut Reuters, perusahaan-perusahaan ini diketahui mengeksploitasi pekerjanya, memproduksi tas dengan harga yang jauh lebih rendah dari harga ecerannya.

Dokumen yang diperiksa oleh pihak berwenang menunjukkan bahwa Dior hanya membayar pemasok sekitar Rp 855 ribu untuk membuat tas yang dijual dengan harga sekitar Rp 41 juta. Biaya-biaya ini tidak termasuk bahan mentah seperti kulit.

Baca Juga: Hadir di Acara Kaesang, Sarwendah Enteng Taruh Tas Hermes di Lantai: Seharga Rumah?

Koleksi Terbaru Dior Dilengkapi Airbag hingga Rompi Antipeluru. (Instagram/@dior)
Koleksi Terbaru Dior Dilengkapi Airbag hingga Rompi Antipeluru. (Instagram/@dior)

Penuntut mencatat bahwa Dior tidak menerapkan "langkah-langkah yang tepat untuk memeriksa kondisi kerja aktual atau kemampuan teknis perusahaan kontraktor."

Selama investigasi yang dilakukan pada bulan Maret dan April, muncul bukti bahwa para pekerja tidur di fasilitas produksi untuk memenuhi permintaan manufaktur sepanjang waktu. Data konsumsi listrik juga menunjukkan bahwa pekerjaan dilakukan pada malam hari dan hari libur.

Subkontraktor yang dimaksud adalah perusahaan milik Tiongkok, dan sebagian besar pekerjanya berasal dari Tiongkok. Investigasi menemukan bahwa dua pekerja adalah imigran ilegal, dan tujuh lainnya tidak memiliki dokumentasi yang diperlukan. Yang mengkhawatirkan, perangkat keselamatan pada mesin dilepas untuk mempercepat produksi.

Investigasi juga menyelidiki kontraktor Giorgio Armani. Seperti Dior, Armani dituding gagal mengawasi pemasoknya dengan baik. 
Armani membayar kontraktor sekitar Rp 1,5 juta per tas untuk produk yang dijual dengan harga lebih dari Rp 27 juta di toko.

Hakim di Milan telah menempatkan unit Dior dan Armani di bawah administrasi peradilan selama satu tahun sebagai tanggapan terhadap temuan ini. Meskipun diawasi ketat, mereka diperbolehkan melanjutkan operasinya selama periode ini.

Baca Juga: Beda Harga Tas Fuji dan Aaliyah Massaid saat Hadir di Acara yang Sama, Selisihnya Capai Rp40 Juta

Jaksa menyoroti bahwa pelanggaran ketenagakerjaan seperti ini umum terjadi di industri fesyen mewah untuk meningkatkan keuntungan. Dokumen pengadilan menggambarkan praktik ini sebagai "metode manufaktur yang digeneralisasi dan dikonsolidasikan".

Ketua Pengadilan Milan, Fabio Roia, menganggap masalah ini serius, mencatat bahwa praktik ini tidak hanya merugikan pekerja tetapi juga merugikan perusahaan yang taat hukum.

Dalam memo terpisah, Dior, anak perusahaan LVMH, mengumumkan upaya perbaikan pada rantai pasokannya. Tahun lalu, LVMH melakukan 1,725 audit pada 2,062 pemasok dan subkontraktornya, menurut laporan tanggung jawab lingkungan dan sosial tahun 2023.

CEO LVMH, Bernard Arnault, yang juga orang terkaya ketiga di dunia, memimpin perusahaan ini, sementara putrinya Delphine saat ini menjabat sebagai CEO Dior.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI