Meski malam 1 Suro dan 1 Muharram dirayakan pada hari yang sama, tapi ternyata dua perayaan ini memiliki tradisi yang berbeda. Lantas apa beda tradisi 1 Suro dan 1 Muharram? Simak penjelasannya berikut ini.
Suara.com - Perlu diperhatikan sebelumnya, bahwa malam 1 Suro merupakan sebuah kepercayaan yang berkembang dari budaya masyarakat Jawa. Sementara itu, perayaan 1 Muharram berasal dari ajaran agama Islam. Sehingga dari sini bisa diketahui keduanya memiliki tradisi yang berbeda dalam perayaannya.
Peringatan 1 Muharram 1446 H atau Tahun Baru Islam 2024 dan 1 Suro 2024 jatuh pada hari Minggu, 7 Juli 2024. Itu artinya peringatan 1 Suro dan 1 Muharram tinggal menghitung hari. Dalam menyambut hari besar ini biasanya masyarakat akan menggelar tradisi yang sudah turun temurun.
Beda tradisi malam 1 Suro dan 1 Muharram dapat dijabarkan dari segi sejarah, cara merayakan hingga larangan yang menyertai perayaannya. Berikut ini adalah penjelasan lengkapnya.
Baca Juga: Cek Wetonmu! Apakah Kamu Termasuk Pemilik 11 Weton yang Dilarang Keluar di Malam 1 Suro?
Sejarah
Sejarah penetapan 1 Suro dengan 1 Muharram memiliki perbedaan terkait waktunya. Simak penjelasan berikut.
• 1 Suro
Dilansir dari berbagai sumber, malam 1 Suro ditetapkan pada tanggal yang sama dengan 1 Muharam. Hal ini dimulai sejak zaman pemerintahan kerajaan Demak. Sekitar 931 Hijriah atau 1443 tahun baru Jawa, Sunan Giri II memutuskan untuk membuat penyesuaian antara sistem kalender Hirjiyah dengan kalender Jawa.
Kemudian tradisi malam 1 Suro lantas dipatenkan oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo, Raja Mataram Islam. Saat itu, ia memiliki keinginan agar rakyatnya bersatu, tidak terpecah belah dalam melawan Belanda.
Sultan Agung juga ingin menyatukan kelompok santri dan abangan. Lantas setiap hari Jumat legi diterapkan laporan pemerintahan daerah setempat sambil melakukan kegiatan keagamaan seperti pengajian, ziarah kubur dan haul ke makam Ngampel dan Giri. Sepeninggalnya Sultan Agung, tradisi-tradisi yang berasal dari keraton setiap malam 1 Suro masih tetap dilaksanakan hingga sekarang.
• 1 Muharram
Sementara itu, 1 Muharam telah ditetapkan sebagai Tahun Baru Islam yang berasal dari usulan Umar bin Al Khattab pada 638 Masehi. Sejak Nabi Muhammad datang ke Madinah, belum ada tahun yang ditetapkan untuk digunakan dalam penanggalan.
Baca Juga: Sengkolo di Malam Satu Suro Artinya Apa? Pemilik 5 Weton Ini Siap-siap Jadi Incaran!
Sehingga urusan pemerintahan seperti halnya surat menyurat kala itu mengalami kendala. Setelah diadakan musyawarah, akhirnya dipilihlah peristiwa Hijrah yang menjadi tahun pertama dalam kalender Islam.
Bulan ini termasuk satu di antara asyhurul hurum atau bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT. Selain Muharram, bulan-bulan asyhurul hurum termasuk zulqa'dah, zulhijah dan Rajab. Keutamaan dari keempat bulan ini dijelaskam dalam surah At-Taubah ayat 36 yang berbunyi:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ ۚ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً ۚ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ
Artinya: "Sungguh bilangan bulan pada sisi Allah terdiri atas dua belas bulan, dalam ketentuan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketentuan) agama yang lurus. Janganlah kamu menganiaya diri kamu pada bulan yang empat itu. Perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa." (At-Taubah: 36)
Sebagai salah satu bulan yang dimuliakan, umat muslim dianjurkan untuk mengerjakan berbagai amalan yang mulia. Salah satunya, puasa Asyura yang dapat dilaksanakan pada 9, 10 dan 11 Muharram. Debagaimana dikatakan Imam Ibnu Katsir puasa sunnah ini tingkatannya berada pada satu level di bawah puasa Ramadhan.
Cara Merayakan
Dalam merayakan malam 1 Suro dan 1 Muharram terdapat perbedaan antara masyarakat Jawa dan umat Islam pada umumnya. Meski begitu, tradisi ini masih tetap bisa berjalan beriringan.
• 1 Suro
Bagi masyarakat Jawa, vara merayakan malam 1 Suro masih dipengaruhi oleh tradisi kraton. Biasanya masyarakat Jawa akan mengadakan, kirab, tapa bisu, membersihkan pusaka atau keris. Selain itu, ada pula orang yang merayakan 1 suro dengan berziarah ke makam sesepuh hingga slametan. Kemudian melestarikan tradisi tirakatan, lek-lekan (tidak tidur semalam suntuk), gunungan, sedekah bumi dan tuguran (perenungan diri sambil berdoa).
• 1 Muharram
Sementara tradisi untuk merayakan 1 Muharram biasanya dengan melakukan kegiatan keagamaan hingga mengamalkan kebaikan. Misalnya saja pawai obor, tablig akbar, sholawatan, pengajian, ziarah kubur, menyumbangkan makanan atau pakaian, sedekah. Selain itu, umat Islam juga akan melakukan amal baik lainnya seperti puasa sunnah, sholat taubat, dzikir, membaca doa khusus, hingga bersilaturahmi.
Makna Perayaan
Makna perayaan malam 1 Suro dengan malam 1 Muharram sebenarnya memiliki kemiripan yaitu mengajak manusia untuk semakin mendekatkan diri kepada sang pencipta. Namun, dalam penyampainnya terdapat sedikit perbedaan. Berikut ulasannya.
• 1 Suro
Di sepanjang bulan Suro masyarakat Jawa meyakini bahwa bulan ini sangat sakral. Untuk itu, masyarakat diharap untuk terus bersikap eling (ingat) dan waspada. Eling memiliki makna manusia harus tetap ingat siapa dirinya, dari mana ia berasal dan dimana kedudukannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. Sementara, waspada bermakna manusia harus terjaga dan waspada dari segala godaan yang menyesatkanny.
• 1 Muharram
Sementara dalam peringatan Tahun Baru Islam atau 1 Muharram maknanya disebut lebih spesifik. Pertama, sebagai pengingat peristiwa hijrah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah.
Kemudian, 1 Muharram menjadi bentuk perjuangan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat di dalam menyebarkan agama Islam. Selain itu, umat muslim juga diharap bisa intropeksi diri atau muhasabah atas kesalahan di masa lalu atau di tahun sebelumnya. Sehingga di tahun berikutnya kita lebih lebih mawas diri dan bertambah keimanannya.
Mitos dan Larangan
Dalam praktiknya terdapat mitos dan larangan yang telah berkembang secara turun temurun di kalangan masyarakat. Banyak di antara mereka yang meyakininya sampai saat ini.
• 1 Suro
Mitos-mitos mengenai malam 1 Suro pun begitu populer di tengah masyarakat khususnya suku Jawa. Terdapat sejumlah pantangan dalam melakukan kegiatan penting di bulan Suro. Meskipun tidak ada dasar yang jelas dalam agama Islam mengenai malam 1 Suro, namun sebagian masyarakat masih ada yang memercayai mitos tentang malam tersebut.
Beberapa pantangan malam 1 Suro diantaranya yaitu dilarang banyak bicara, dilarang bicara kotor, keluar rumah di malam hari, menikah atau mengadakan hajatan hingga pindah rumah. Bagi orang yang melanggar pantangan ini maka dipercaya mereka akan mendapat kesialan dalam hidupnya.
• 1 Muharram
Sementara itu, dalam Islam sebenarnya tidak ada pantangan spesifik yang dilarang pada 1 Muharram. Namun, umat Islam diharapkan selalu berbuat kebaikan dan melakukan amalan. Dalam QS At Taubah ayat 36:
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan Bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu."
Selama memasuki bulan Muharram umat Islam diharamkan untuk melakukan hal-hal buruk hingga berbuat kerusakan. Termasuk berkata kasar dan menghina sesama.
Itulah tadi penjelasan tentang beda tradisi 1 Suro dan 1 Muharram?yang perlu kita pahami. Semoga di tahun baru ini kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Kontributor : Putri Ayu Nanda Sari