Suara.com - Revitalisasi Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi telah resmi dimulai pada bulan Juni lalu berkat upaya dari dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Menyimpan berbagai nilai sejarah, kawasan candi tertua di Asia Tenggara yang berdiri di bentang alam di Kabupaten Muaro Jambi itu diharapkan akan bertransformasi menjadi pusat ilmu pengetahuan dan destinasi spiritual yang inklusif setelah upaya revitalisasi.
Tak hanya unsur pendidikan dan kebudayaan, pangan di wilayah tersebut ternyata menyimpan berjuta potensi. Merayakan keanekaragaman hayati pangan dari bentang alam lahan basah, Dirjen Kebudayaan menggandeng Javara dan Seniman Pangan memperkaya kembali nilai-nilai historis serta budaya yang telah dilestarikan selama berabad-abad lewat warisan gastronomi dari daerah sekitar candi yang berusia lebih dari 1300 tahun tersebut.Lewat inisiatif ini, pelestarian makanan lokal diharapkan mampu memelihara warisan budaya sekaligus menawarkan pengalaman menarik bagi para pengunjung.
Agus Widiatmoko - Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V Jambi mengatakan bahwa sejak awal, langkah revitalisasi yang dilakukan tidak hanya fokus pada pemugaran fisik untuk mengembalikan keagungan arsitektur candi, tetapi juga memelihara dan memperkaya budaya yang telah dilestarikan selama berabad-abad.
"Melalui kolaborasi erat dengan masyarakat lokal, kami ingin menghidupkan kembali tradisi spiritual dan pendidikan yang kaya, sekaligus memberdayakan masyarakat sekitar dalam menjaga keberlanjutan warisan budaya yang tak ternilai. Dengan begitu, pengunjung yang hadir tidak hanya datang untuk melihat keindahan candi, tetapi juga bisa merasakan pengalaman gastronomi yang menarik,” katanya dalam keterangan.
Jambi sendiri menyimpan banyak tanaman pangan hingga membuat masyarakatnya tidak lagi mengimpor makanan. Hal ini yang membuat kuliner Jambi mampu dimanfaatkan secara maksimal, baik dalam bentuk makanan sehari-hari, obat-obatan, hingga minuman.
Helianti Hilman - Pendiri Javara mengatakan bahwa Jambi menyimpan ragam kekayaan leluhur yang mampu dimanfaatkan.
"Jamuan Muaro Jambi sendiri didasarkan pada karakter bentang alam dan keselarasan hidup dengan alam. Lewat edukasi, warga desa senantiasa dilatih menyediakan gastronomi lewat keanekaragaman yang ada. Ke depan, kami berharap para pengunjung bisa merasakan pengalaman dan cerita rasa dari kawasan candi,” katanya.
Didatangkan dari 8 desa di Jambi, berikut keunikan kuliner berbasis tiga ekosistem utama di dekat Muara Jambi:
Baca Juga: Mengenal Tradisi Tegak Tiang Tuo, Kearifan Lokal Saat Membangun Rumah di Masyarakat Jambi
1. Makanan berbasis Rawa