Suara.com - Menjamurnya hotel murah meriah dan hotel kapsul ternyata tidak membuat hotel berbintang takut kehilangan pelanggan. Justru, pengelola merasa semakin banyak hotel akan memberikan manfaat besar bagi masyarakat. Kenapa ya?
Hilma Hendriyani, THE TRIBRATA, Hotel & Convention Center (Sutasoma Hotel & The Opus Grand Ballroom), mengaku tak khawatir dengan bermunculannya hotel murah meriah, seperti hotel kapsul. Menurutnya semakin banyaknya pilihan hotel, masyarakat akan bisa menilai sendiri mana yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya.
"Dengan adanya hotel-hotel kapsul itu dilempar ke pasar, justru masyarakat jadi lebih banyak pilihan. Dan bukan saingan ya. Jadinya masyarakat bisa tahu kalau di sini (hotel berbintang -red) begini experience-nya lebih dapat, kalau di hotel murah yang didapat pasti berbeda, dan pada akhirnya itu ada marketnya masing-masing," terang Hilma dalam sesi wawancara bersama Suara.com di Hotel Sutasoma, Jakarta Selatan, ditulis Selasa (2/7/2024).
![Director of Marketing and Sales Sutasoma Hotel - Tribrata Group, Hilma Hendriyani saat ditemui tim Suara.com di Jakarta, Jumat (28/6/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/06/28/34941-hilma-hendriyani-director-of-marketing-and-sales-sutasoma-hotel-tribrata-group-hilma-hendriyani.jpg)
Dengan pengalaman lebih dari 24 tahun di dunia perhotelan, Hilma memiliki wawasan yang luas tentang alasan hotel berbintang tak perlu takut bersaing dengan hotel kapsul. Menurutnya, pengalaman yang didapat oleh pengunjung saat menginap di hotel kapsul dan hotel berbintang tentunya akan berbeda. Di hotel berbintang, pengunjung akan dilayani dengan berbagai macam service, fasilitas, serta akomodasi yang lebih baik.
Dengan begitu pengunjung akan mendapatkan pengalaman menginap yang tidak terlupakan, dan kemungkinan besar akan kembali menginap di hotel yang sama.
"Hotel kami berfokus pada menciptakan pengalaman tak terlupakan bagi klien dan tamu. Misalnya, tamu akan selalu ingat menginap di tempat kami karena kami memberikan sesuatu yang melebihi ekspektasi mereka. Di kamar sudah tersedia berbagai fasilitas tambahan yang membuat mereka merasa istimewa dan diingat. Kita ingin mereka bilang 'i will never forget staying here'" terang Hilma lagi.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut pada tahun 2023, terdapat 29.005 hotel dan layanan akomodasi yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebanyak 24.876 merupakan hotel non-bintang, dengan 4.129 lainnya adalah hotel berbintang.
Meski jumlahnya sangat kontras, rupanya tingkat kunjungan hotel berbintang terbukti tak sepi. Berdasarkan laporan yang sama, secara umum okupansi kamar hotel berbintang terus naik di tahun 2023. Pada Januari 2023, tingkat hunian mencapai 44,86 persen dan terus membaik seiring berjalannya tahun. Di bulan Oktober 2023, okupansi naik mencapai 53,02 persen.
Kenaikan jumlah pengunjung pasca pandemi Covid-19 diakui Hilma memang dimulai sejak pertengahan tahun 2023. Kenaikan jumlah pengunjung terjadi seiring meredanya kasus Covid-19 dan adanya kebijakan repatriasi yang dilakukan oleh pemerintah.
Program repatriasi yang bekerja sama dengan hotel membuat Warga Negara Asing dan Warga Negara Indonesia yang datang dari luar negeri untuk dikarantina terlebih dahulu, sebelum bisa beraktivitas normal.