Sepak Terjang Kiai Imaduddin Utsman: Punya Rekam Jejak Mentereng Dibanding Bahar bin Smith?

Galih Prasetyo Suara.Com
Senin, 01 Juli 2024 | 18:10 WIB
Sepak Terjang Kiai Imaduddin Utsman: Punya Rekam Jejak Mentereng Dibanding Bahar bin Smith?
Pengurus Pondok Pesantren (Ponpes) Nahdlatul Ulum Banten, KH Imaduddin Utsman (Tangkap layar YouTube/Rhoma Irama Official)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Selain itu, ia juga menerbitkan karya lain dengan tema besar sama yakni soal nasab habib. Buku lain itu antara lain, 'Menakar kesahihan Nasab Habib Di Indonesia' dan 'Buku Membongkar Skandal Ilmiyah sejarah dan Genealogi Ba’alwi'

Di karya yang terbit pada 2022, Kiai Imad menuliskan bahwa karya tulis itu dipublikasikan untuk menakar kesahihan apakah benar para habib itu sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW.

"Urgensi penelitian ini penting karena pengakuan bahwa seseorang sebagai cucu Nabi Muhammad SAW memiliki konsekwensi dalam kehidupan sosial-kegamaan," jelas Kiai Imad.

Buku karya Kiai Imad sempat juga menjadi sorotan khusus oleh salah satu ulama besar Serang, Banten, Kiai Abdul Hay Nasuki. Menurut Kiai Abdul Hay, buku 'Terputusnya Nasab Habib kepada Nabi Muhammad SAW' ditulis dengan metodologi penelitian dengan level tinggi.

"Metodologi Penelitian KH Imaduddin terkait Nasab Habib ini adalah Kuantitatif, dari data menuju teori dan objeknya adalah Kajian Pustaka. Pustaka yang ditelaah adalah menggunakan redaksi bahasa Arab dan untuk bisa memahaminya hanya yang sudah menguasai ilmu gramatika bahasa Arab, yang terutama nahu shorof dan balaghoh setidaknya harus hapal Alfiyah, jawahirul maknun, uqudul juman dan kitab kitab lainnya. Juga harus paham betul ilmu Mantiq, ilmu tarikh dan disiplin ilmu lainnya.

Artinya penelitian ini levelnya sangat tinggi dan hanya bisa dilakukan oleh orang orang yang berilmu tinggi. Jika belum hafal Alfiyah lalu seenaknya saja membantah belum levelnya, atau belum mampu bisa baca kitab kuning apalagi mengarang kitab dengan redaksi bahasa Arab yang sesuai dengan gramatikanya, juga belum kelasnya.

Namun tentu siapapun boleh berpendapat sepanjang argumentasinya bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiiah. Hanya saja kualifikasi itu penting untuk menjadi tolak ukur kelilmuan seseorang yang berpendapat," urai Kiai Abdul Hay seperti dikutip dari RMI NU Banten.

Menurut Kiai Abdul Hay, apa yang ditulis oleh Kiai Imad juga bersumber dari pustaka tersebut tidak sembarangan dan jelas sumbernya.

"Bukan tuduhan, halusinasi atau bahkan niat kebencian. Data data kitab pustaka yang otentik beliau baca seluruhnya, lalu dikomparasikan, dicocokkan, disesuaikan, lalu muncullah sebuah konklusi nasab Ubaidillah yang terputus kepada Ahmad Bin Isa," jelas Kiai Abdul Hay.

Baca Juga: Momen Berendam di Jacuzzi Sempat Viral, Kini Bahar bin Smith Berseteru dengan Rhoma Irama

Nama Kiai Imad menjadi Ketua RMI PWNU Banten hingga penasihat Generasi Muda Nahdlatul Ulama (GMNU) Provinsi Banten. Ia juga pernah menjabat sebagai Rijalul Anshor Kabupaten Tangerang, Banten.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI