Suara.com - Penampilan Coldplay di Festival Glastonbury 2024 pada 30 Juni lalu di Worthy Farm, Pilton, Somerset, Inggris, menuai kontrovesi usai vokalis Chris Martin mengajak penonton mengirimkan pesan cinta untuk Israel.
Bermula ketika Chris Martin mengajak penonton untuk mengirimkan cinta ke berbagai belahan dunia. Ia menyebutkan beberapa daerah dan negara yang sedang mengalami konflik, termasuk Israel, Palestina, Myanmar, Ukraina, dan Rusia.
Niatnya adalah untuk menyebarkan pesan persatuan dan perdamaian global.
"Kalian bisa mengirimkan cinta untuk seluruh dunia. Bisa mengirimkannya ke nenek kalian, bisa mengirimkan cinta ke Israel," ujar Martin.
Ia kemudian melanjutkan, "Kalian bisa mengirimkan cinta ke Palestina, bisa mengirimkannya ke Myanmar, bisa mengirimkannya ke Ukraina, bisa mengirimkannya ke Rusia."
Baca Juga: Imbas Dukung Israel, Konser Bruno Mars di Malaysia Diboikot Netizen
Namun, sayangnya maksud Chris tidak diterima secara netral oleh netizen dan memicu kontroversi di media sosial. Beberapa netizen mengkritik penyebutan Israel itu terlihat seperti sikap netral terhadap konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Palestina.
"Kenapa kirim cinta ke negara yang mengirim bom ke negara lain?" sementara yang lain menambahkan, "Tidak ada sisi netral ketika menyangkut genosida."
Untuk diketahui, Coldplay sendiri termasuk band yang gencar mempromosikan perdamaian dan pemahaman melalui musik mereka.
Di Festival Glastonbury yang sama, mereka mengundang penyanyi Palestina, Elyanna, untuk membawakan lagu "Arabesque," yang terinspirasi dari kunjungan Martin ke Palestina dan kolaborasinya dengan grup oud Palestina, Le Trio Joubran.
Pesan Coldplay di Glastonbury adalah upaya untuk mengingatkan dunia tentang kekuatan cinta dan persatuan di tengah konflik.
Baca Juga: Teror di Kedubes Israel! Polisi Serbia Kena Panah Pria Tak Dikenal