Bikin FIFA Hapus Unggahan, Mengenal Kelamnya Masa Bersiap Indonesia

Farah Nabilla Suara.Com
Senin, 01 Juli 2024 | 13:19 WIB
Bikin FIFA Hapus Unggahan, Mengenal Kelamnya Masa Bersiap Indonesia
Masa Bersiap jadi pembicaraan hangat setelah sejarahwan Bonnie Triyana dilaporkan ke polisi Belanda. Pemicunya karena ia menulis opini berjudul Hapus Istilah Bersiap, karena Rasis di media Belanda. Bonnie adalah salah satu kurator pameran tentang Revolusi Indonesia di Rijkmuseum, Amsterdam, Belanda yang akan digelar pada Februari 2022. Foto: Poster pameran bertajuk Revolusi! di website resmi Rijkmuseum. Diakses pada Sabtu (29/1/2022). [www.rijkmuseum.nl]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Beberapa waktu lalu, akun Instagram resmi Piala Dunia, @fifaworldcup, membagikan unggahan yang menuai kontroversi. Dalam sebuah foto, tertulis "Indonesia Bersiap" yang membuat orang berpusat pada catatan sejarah. Namun, unggahan ini telah dihapus.

Dianggap kontroversi karena keterangan itu dikaitkan dengan "Masa Bersiap" di Indonesia. Periode tersebut bisa dibilang tidak begitu populer, melihat dari banyak masyarakat yang belum mengetahuinya.

Sementara bagi yang sudah tau, periode itu dianggap sebagai masa kelam bagi warga Asing dan keturunannya. Bagaimana bisa? Apa sebetulnya makna dari "Masa Bersiap" yang ada di Indonesia. Berikut rangkumannya.

Baca Juga: Mengejutkan! Timnas Indonesia U-19 Takluk dari Tim PON Sumut, Indra Sjafri Ungkap Penyebabnya

Apa Itu Masa Bersiap Indonesia

Masa Bersiap merupakan istilah oleh Belanda untuk kekacauan akibat adanya revolusi di pulau Jawa. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1945–1947 atau saat kekuasaan beralih dari Jepang kepada pemerintahan Indonesia.

Jumlah korban diperkirakan mencapai 3.500 hingga 20 ribu jiwa yang terdiri dari orang Belanda beserta keturunannya. Selain itu, tahanan perang Tentara Jepang dan Korea hingga orang Tionghoa ikut menjadi korban.

Korban juga datang dari masyarakat lokal, seperti orang Jawa dan Maluku serta kelompok lain yang berstatus sosial ekonomi tinggi. Periode ini ditandai dengan adanya pembantaian hingga perampokan massal.

Hal tersebut dilakukan oleh masyarakat pro-kemerdekaan atau yang biasa disebut Pemoeda dan Pelopor. Akibat kejadian ini, jarang ditemukan orang keturunan Belanda atau Eropa setelah Indonesia merdeka.

Baca Juga: Piala AFF U-16: Timnas Indonesia Ujian Mental Lawan Australia, Bisa Menang?

Sebab, pada Masa Bersiap, mereka melarikan diri ke Eropa. Adapun periode ini berawal dari dirampoknya Depok oleh para Pemoeda pada tanggal 9 Oktober 1945. Depok kala itu bisa dibilang menjadi pusat  orang Indonesia.

Adapun latar belakang Masa Bersiap, yakni keinginan balas dendam pribumi terhadap kolonialisme Belanda. Periode terjadi seusai Indonesia memproklamasikan kemerdekaan dan Belanda tidak mau mengakui hal itu.

Belanda merasa masih memiliki hak atas Indonesia, sehingga kembali merebut kekuasaan. Dalam hal ini, pada Oktober 1945, pemerintah Belanda menempatkan Letnan Gubernur Jenderal Huib van Mook di Batavia (sekarang Jakarta).

Keinginan tersebut menuai kebencian dan amarah rakyat pribumi. Mereka pun menyerang hingga merampok orang-orang Belanda dan keturunannya. Pihak-pihak yang dianggap pro kolonialisme juga ikut dibantai.

Sementara itu, kata Bersiap dipakai Belanda  karena kerap terdengar seruan "Siap! Siap!" oleh kelompok pro-Republik Indonesia. Pemoeda menyerukan kata ini sambil mengangkat senjata saat bertemu musuh.

Senjatanya sendiri disebut terdiri dari bambu runcing, golok, hingga senjata api, seperti pistol. Bukan Masa Bersiap, Indonesia justu menyebut periode itu sebagai Revolusi Nasional Indonesia atau Agresi Militer.

Sementara akhir Masa Bersiap ditandai dengan munculnya aksi Agresi Militer Belanda I atau Aksi Polisi Belanda I pada bulan Januari 1947. Namun pemerintah Belanda menyebut masa ini lebih luas, yakni sampai tahun 1949.

Kontributor : Xandra Junia Indriasti

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI