Suara.com - Harga tiket pesawat yang tinggi tidak hanya memberatkan wisatawan, tetapi juga berdampak pada industri perhotelan dengan menurunkan jumlah tamu yang menginap. Bagaimana para pengusaha hotel dapat bertahan dalam situasi ini?
Corporate General Manager BW Hospitality, Bayu Bimomulyo, mengungkapkan bahwa pihaknya akan fokus pada pasar domestik untuk mengatasi penurunan wisatawan.
"Kami lebih jeli melihat pasar, dan kami utamakan pasar domestik karena pada saat Covid-19, pasar ini yang membantu kami. Jadi harus kami jaga," ujar Bayu dalam acara Media Gathering di BW Express Jakarta, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat, 29 Juni 2024.
Bayu menjelaskan bahwa hotel seperti BW Express Jakarta cenderung menargetkan tamu dari perusahaan atau pemerintahan karena menyediakan berbagai ruang pertemuan untuk rapat atau acara seremonial.
Baca Juga: Harga Tiket Pesawat Mahal, Sandiaga Uno Upayakan Skema Pajak Hingga Kaji Harga Avtur
Meski demikian, beberapa tamu juga datang dari luar pulau Jawa untuk tujuan bisnis, seperti reseller yang berbelanja di Tanah Abang, yang berjarak kurang dari 500 meter dari hotel.
"Di sini, tamu biasanya memiliki urusan di Jakarta seperti kementerian atau perusahaan yang berkantor pusat di Jakarta," jelas Bayu. "Market besar kami berasal dari Sumatera, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Maluku Utara."
Bayu juga menyinggung bahwa harga tiket pesawat yang tinggi di Indonesia disebabkan oleh lonjakan harga bahan bakar pesawat (avtur) akibat kenaikan dolar dan harga minyak bumi.
"Harga tiket pesawat tidak bisa dipisahkan dari harga bahan bakar yang mengikuti harga internasional," katanya.