Suara.com - Nama Raditya Dika pasti sudah familiar di telinga kita. Sosoknya dikenal sebagai komedian, aktor, YouTuber, dan penulis handal. Bahkan beberapa karyanya telah mendapat penghargaan. Pertanyaannya, apa agama Raditya Dika?
Raditya Dika mulai terkenal ketika menjadi seorang aktor, penulis skenario, dan sutradara dalam sitkom yang tayang di YouTube pada tahun 2012 hingga 2013 yang berjudul Malam Minggu Miko.
Bahkan berkat Malam Minggu Miko kala itu sampai menjadikan Raditya Dika sebagai salah satu YouTuber dengan jumlah subscribers terbanyak di Indonesia. Setelah episode sitkom itu rampung, pria yang sering disapa Radit ini mulai kebanjiran pekerjaan.
Terbaru, salah satu pelopor komika ini akan memerankan karakter Sahat dalam film Catatan Harian Menantu Sinting. Dalam film yang belum rilis ini, ia hanya berpasrtisipasi sebagai aktor, bukan sutradara maupun penulis skenario seperti karya-karya lain miliknya. Raditya Dika akan beradu akting dengan Ariel Tatum.
Apa Agama Raditya Dika?
Agama Raditya Dika kerap disinggung dalam obrolan rekan-rekannya sesama komika. Hal ini lantaran Raditya Dika tidak terlalu menonjolkan identitasnya sebagai seorang muslim.
Bahkan soal agama, Raditya Dika kerap menjadi bulan-bulan dan bahan guyonan para pelawak dan stand up komedian. Sebenarnya Raditya Dika menganut agama Islam sejak lahir.
Pria yang memiliki nama asli Dika Angkasaputra Moerwani Nasution ini lahir di Jakarta pada 28 Desember 1984 lalu. Sehingga saat ini usianya genap 39 tahun. Orang tuanya pun memeluk agama Islam.
Raditya Dika lahir dari keluarga yang berkecimpung di dunia politik. Ayahnya, Joeslin Nasution merupakan salah satu politisi senior yang pernah menjabat sebagai anggota MPR/DPR pada periode 1997-1999 dan 2004-2009 silam.
Baca Juga: Punya Gaya Hidup Minimalis, Momen Raditya Dika Terciduk Pakai Jam Tangan Mewah Tuai Sorotan
Suami Anissa Aziza ini diketahui telah menyelesaikan pendidikannya di SMP Tarakanita, SMA 70 Bulungan. Raditya Dika juga menempuh perguruan tinggi dengan mengambil Jurusan Finance Universitas of Adelaide dan Jurusan Ilmu Politik Universitas Indonesia.