Suara.com - Tak banyak yang menyadari bahwa industri layanan kesehatan memiliki dampak besar pada kelestarian lingkungan. Fakta mengejutkan mengungkap bahwa layanan kesehatan telah menyumbang 4,4% emisi karbondioksida (CO2).
Untuk sebagian besar negara-negara yang fokus terhadap sektor industri, angka tersebut mendekati 10% dari total emisi yang diberikan. Dan angka tersebut bahkan lebih besar dibandingkan emisi yang dihasilkan dari sektor penerbangan atau pelayaran.
Fakta di atas dijabarkan oleh Astri Ramayanti, President Director Philips Indonesia, ketika ditemui di Jakarta beberapa waktu lalu. Ia juga menyebut fakta lain terkait limbah kesehatan, yaitu bahwa rumah sakit memproduksi 13 kg limbah per tempat tidur setiap harinya. Limbah yang dimaksud ini termasuk benda tajam, sisa kemoterapi, dan limbah pathological, di mana 15-25% tersebut merupakan limbah yang berbahaya.
"Selain itu, bahan pakai medis dengan jangka waktu yang pendek, juga digunakan dalam jumlah besar, yang juga menjadi sumber utama limbah," katanya.
Baca Juga: Kurban Ramah Lingkungan Makin Digaungkan, Kemas Daging dengan Besek Bambu dan Optimalkan Limbah
Tak kalah penting, yang juga berkontribusi pada kerusakan lingkungan adalah masalah supply chain di tahapan produksi, transportasi, dan pembuangan barang dan jasa, seperti obat-obatan dan bahan kimia lainnya, produk makanan dan pertanian, perangkat medis, serta peralatan dan instrumen rumah sakit. Itu semua juga bertanggung jawab atas kontribusi emisi karbondioksida (CO2) sebanyak 71%.
Tuntutan terhadap perusahaan, terutama yang bergerak di bidang kesehatan, untuk mengambil peran lebih dalam hal kelestarian lingkungan pun semakin meningkat. Tuntutan ini tak hanya dari masyarakat, tetapi juga pemangku kepentingan lainnya, termasuk para investor yang mengharapkan perusahaan kesehatan untuk terus memberikan dampak positif yang berkelanjutan terhadap masyarakat dan bumi.
Melihat banyaknya tantangan yang dihadapi di sektor layanan kesehatan saat ini, Philips, perusahaan yang fokus pada bidang teknologi kesehatan, hadir dengan inovasi yang menyediakan akses layanan kesehatan berkualitas dan berkelanjutan.
Menurut Astri, inovasi Philips sendiri berpusat pada pasien dan masyarakat untuk dapat meningkatkan kesehatan dan hasil perawatan kesehatan, serta membuat perawatan yang lebih nyaman dan berkelanjutan, baik di rumah sakit, maupun di rumah mereka.
Hingga saat ini, lanjut Astri, Philips telah mendukung usaha transformasi yang berkelanjutan pada layanan kesehatan, khususnya di rumah sakit, melalui lima strategi utama. Yaitu meningkatkan efisiensi energi dan penggunaan energi terbarukan, meningkatkan sirkularitas dan mengurangi limbah, mendorong digitalisasi untuk perawatan yang setara dan berkelanjutan, mengadopsi model layanan yang inovatif, serta membeli secara berkelanjutan dan mengurangi emisi karbon dalam supply chain perusahaan.
Baca Juga: Begini Cara Perusahaan BUMN Kurangi Dampak Emisi Karbon
Philips percaya bahwa pengadaan barang dan jasa yang berkelanjutan adalah salah satu strategi utama yang dapat diadopsi oleh sistem kesehatan dan pemerintah saat ini untuk mengurangi dampak lingkungan melalui pengurangan jejak karbon di layanan kesehatan.
Menurut Astri, saat ini semakin banyak penyedia layanan yang menerapkan kriteria Pengadaan Ramah Lingkungan saat membeli peralatan medis, dan memasukkan standar minimum keberlanjutan dalam Permintaan Proposal (RFPO) atau prosedur tender.
Di Philips sendiri, menurut Astri, perusahaan terus berupaya dalam memiliki bisnis yang keberlanjutan. Pada tahun 2022, Philips menjadi perusahaan teknologi kesehatan pertama yang mendapatkan persetujuan dari Science Based Targets initiative (SBTi) – sebuah organisasi internasional yang fokus kepada aksi perubahan iklim- untuk target pengurangan emisi CO dalam value chain.