Hasil Survei ASEAN: 84% Keluarga Indonesia Yakin Agama Merupakan Kunci Penting dalam Membesarkan Anak

Vania Rossa Suara.Com
Kamis, 27 Juni 2024 | 13:36 WIB
Hasil Survei ASEAN: 84% Keluarga Indonesia Yakin Agama Merupakan Kunci Penting dalam Membesarkan Anak
Ilustrasi keluarga (Freepik/odua)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Nilai-nilai agama menjadi landasan penting dalam membesarkan anak di Indonesia. Hal ini dibuktikan dari hasil riset terbaru Hakuhodo Institute of Life and Living ASEAN (HILL ASEAN), yang menunjukkan bahwa dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, Indonesia menjadi negara dengan persentase tertinggi (84%) yang mempercayai bahwa pendidikan agama atau kepercayaan religius merupakan kunci untuk menjadi orang yang baik dan berbudi luhur.

Dikatakan bahwa mayoritas orang tua di Indonesia menerapkan "experimental syncretic parenting" atau gaya pengasuhan progresif, di mana mereka menciptakan gaya pengasuhan sendiri, namun tetap menjunjung tinggi tradisi serta kepercayaan religius.

"Penelitian ini menemukan bahwa keluarga Indonesia dikenal sebagai 'The Devoted Weaver', mereka menekankan keseimbangan antara aspek modern dan keyakinan tradisional. Berdedikasi kepada agama atau keyakinan dan kepada generasi serta keluarga,” demikian dikatakan Irfan Ramli, Chairman of Hakuhodo International Indonesia, saat memaparkan temuan ini di acara HILL ASEAN FORUM 2024, Rabu (26/6/2024), di Soehanna Hall, SCBD, Jakarta.

Irfan Ramli, Chairman of Hakuhodo International Indonesia. (Dok. Hakuhodo International Indonesia)
Irfan Ramli, Chairman of Hakuhodo International Indonesia. (Dok. Hakuhodo International Indonesia)

Hasil survei ini merupakan salah satu dari hasil penelitian terkait perubahan sikap dan perilaku masyarakat berkeluarga di regional ASEAN, dalam rangka merayakan 10 tahun berdirinya HILL ASEAN. Dan Indonesia, untuk pertama kalinya, menjadi negara yang memaparkan hasil studi ini.

Menurut Devi Attamimi, Institute Director HILL ASEAN dan Direktur Hakuhodo International Indonesia, hasil penelitian tahun ini yang bertema 'Keluarga ASEAN', juga diangkat pada HILL ASEAN 2014. Dan hasilnya menunjukkan bahwa selama satu dekade terakhir, keluarga di ASEAN terus memprioritaskan keluarga sebagai fondasi utama.

Baca Juga: Dorong Keluarga Penerima Manfaat Bisa Mandiri Wirausaha, PKH Sukabumi Gelar Pelatihan

Penelitian HILL ASEAN ini mengindikasikan bahwa keluarga-keluarga di ASEAN terus berpegang pada nilai-nilai tradisional sambil mengadopsi nilai-nilai baru, menciptakan struktur keluarga yang tangguh dan adaptif yang mampu menghadapi kompleksitas kehidupan modern sambil tetap setia pada akar budaya mereka.

Berikut adalah emerging values atau nilai-nilai baru yang diadopsi keluarga di ASEAN:

1. Dari Always-on Connection ke Sharing-on-Demand

Sepuluh tahun lalu, kemajuan teknologi seperti media sosial dan panggilan video memungkinkan keluarga yang tinggal berjauhan untuk tetap terhubung secara terus-menerus. Namun, koneksi yang terhubung 24/7 (always-on connection) kini justru menjadi beban.

Anggota keluarga sekarang lebih memilih untuk berbagi informasi sesuai permintaan, memilih waktu dan topik yang paling relevan (sharing-on-demand). Namun, perubahan ini telah memperkuat, bukan melemahkan, ikatan keluarga, karena mereka memanfaatkan platform seperti media sosial untuk saling memberi kabar terbaru.

Baca Juga: Dikira Kristen, Agama Asli Denise Chariesta Disorot Buntut Surat Laporan di Polisi Bocor

2. We-nique family; “Keluarga Kami” yang unik.

Anak-anak merupakan simbol untuk mewujudkan nilai serta kreativitas keluarga. Keunikan mereka adalah hal yang penting bagi keluarga ASEAN karena dijadikan panutan bagi keluarga lain. Untuk menjadi unik, keluarga akan memanfaatkan berbagai platform, memilih aktivitas yang berbeda dari yang umum, hingga menyesuaikan tradisi guna menampilkan keunikan keluarga mereka.

3. Me in We; Ada aku dalam kita

Seiring dengan berkembangnya ekonomi ASEAN dan berkembangnya individualisme, terdapat peningkatan yang nyata dalam penghormatan terhadap privasi dan otonomi di masyarakat. Perubahan ini telah membuat orang tua di ASEAN saat ini lebih memprioritaskan mengajarkan anak-anak mereka berpikir kritis dan memberi mereka kebebasan yang lebih besar. Dengan melakukan itu, mereka mewujudkan aspirasi generasi orang tua yang sebelumnya tidak tercapai.

4. Parenting 2.0: Tumbuh kembang diri, kebahagiaan, dan bimbingan.

Berbeda dengan pengasuhan ketat di masa lalu, keluarga di ASEAN saat ini dipandang bukan hanya sebagai investasi atau asuransi untuk masa depan, tetapi lebih sebagai sumber pertumbuhan dan kebahagiaan. Pola pengasuhan menghadirkan rasa terbimbing dan kebijaksanaan bagi anggota keluarga.

Selain nilai-nilai baru, terdapat juga nilai-nilai tradisional yang masih terus dipertahankan hingga kini, yaitu:

1. Keluarga: jaminan yang paling dapat diandalkan secara finansial dan emosional

Di wilayah ASEAN, keluarga dianggap sebagai kekayaan sejati, terutama dalam menghadapi tantangan yang tak terduga. Keluarga memberikan tidak hanya stabilitas finansial, tetapi juga cinta serta kebahagiaan. Anggota keluarga dapat selalu bergantung satu sama lain, baik sekarang maupun di masa depan.

2. Hubungan keluarga sebagai paspor sosial

Orang-orang di ASEAN sangat menghargai tradisi dan prinsip keluarga mereka, melihatnya sebagai kunci untuk menumbuhkan nilai-nilai moral yang kuat dalam hidup serta meneruskannya kepada generasi berikutnya. Keyakinan ini membuat mereka berpikir bahwa individu berkeluarga dipersepsikan memiliki karakter yang baik dan lebih diterima oleh masyarakat.

3. Fleksibilitas dalam peran demi keharmonisan keluarga

Di ASEAN, mayoritas masyarakat percaya bahwa dinamika keluarga didasarkan pada kesetaraan. Ini bukan tentang pembagian peran 50/50 tetapi lebih tentang fleksibilitas, memungkinkan setiap anggota memberikan kontribusi sesuai dengan kekuatan mereka dan merasa dihargai karenanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI