Bagi sebagian masyarakat Indonesia, gelar haji mencerminkan status sosial tertentu dan dianggap penting serta membanggakan. Menurut Dadi, tradisi ini dapat dilihat dari tiga perspektif:
- Keagamaan: Haji adalah perjalanan untuk menyempurnakan rukun Islam, yang memerlukan usaha besar dan biaya mahal. Karena itu, gelar haji dianggap layak diberikan kepada mereka yang berhasil melakukannya.
- Kultural: Cerita-cerita heroik dan mengharukan tentang perjalanan haji telah berkembang dan menjadi populer, menarik lebih banyak orang untuk menunaikan ibadah haji. Banyak tokoh masyarakat yang juga bergelar haji, menambah nilai dan status sosial gelar ini.
- Kolonial: Pemerintah kolonial Belanda dulu berusaha membatasi jemaah haji karena takut akan pengaruhnya terhadap gerakan anti-penjajahan. Mereka mengharuskan jemaah menggunakan gelar dan atribut haji agar mudah diawasi.
Oman, yang juga Pengendali Teknis Ibadah Haji Kementerian Agama 2019, menambahkan bahwa gelar haji seharusnya tidak merusak keikhlasan berhaji.
"Ciri haji mabrur adalah menjadi orang yang ikhlas dan selalu berbuat baik, menebar kedamaian, baik saat maupun setelah menunaikan ibadah haji," pungkasnya.