Suara.com - Sepulangnya ibadah dari Tanah Suci, Atta Halilintar justru menuai sorotan lantaran mengumumkan dirinya sebagai haji. Tak sedikit yang mengkritik sikap suami Aurel Hermansyah itu.
Berawal dari unggahan Atta Halilintar di Instagram yang menampilkan momen kepulangan dirinya yang disambut oleh sang putri dan orang-orang terdekatnya. Sebagai caption, Atta menuliskan narasi singkat.
"Pak Haji Pulanggggggg," tulis ayah dua anak tersebut.
Nyatanya, unggahan Atta Halilintar menuai beragam respons. Ada yang bereaksi positif, tapi ada juga yang berkomentar pedas karena mempersoalkan kata-kata haji yang dituliskannya.
Baca Juga: Otoritas Saudi Minta Bus Shalawat Berhenti Operasi Hingga Usai Jumatan
"Serius nanya, kalo udah haji dipanggilnya harus pak haji/Bu haji ya?," tanya warganet. "Wkwkwk lucu emang, pengen banget dipanggil pak haji," sahut yang lain. "Hanya orang indonesia aja pulang dari haji di panggil pak haji dan bu haji," sentil warganet lainnya.
Di sisi lain, pendakwah Habib Husein Jafar sempat membahas soal asal asul panggilan haji saat berbincang dengan Andre Taulany.
Kebetulan, Andre Taulany sering dipanggil "Pak Haji" oleh rekan-rekan sesama artis. Meski dirinya memang sudah pernah naik haji, Andre mengaku panggilan itu mulanya tak sengaja dicetuskan oleh Sule.
Habib Husein Jafar lantas menjabarkan asal muasal istilah haji tercipta di kalangan masyarakat Indonesia. Diakuinya, panggilan itu hanya mengemuka di Tanah Air.
Sosok berusia 36 tahun itu menerangkan bahwa panggilan haji merupakan tradisi kolonial Belanda. Gelar itu diberikan untuk mendeteksi orang yang sudah pergi ke Makkah karena dikhawatirkan membawa perubahan di masyarakat.
Baca Juga: Umumkan Dirinya Sebagai Haji, Atta Halilintar Kena Sindir Kasih Gelar Sendiri
"Jadi ibarat kata dengan gelar itu siapa aja nih yang sudah ke Makkah karena bisa dideteksi terus karena khawatir dia membawa perubahan dari sana," ujarnya dalam podcast Jeda Nulis.
"Gelar (itu) hanya di Indonesia. Dulunya (diciptakan) Belanda untuk kayak mengontrol karena mereka khawatir haji ini bisa membawa perubahan-perubahan pembebasan di tengah penjajahan," sambungnya.
Lebih lanjut, Habib Husein Jafar menyebut tolok ukur seseorang usai haji adalah sikapnya sekembalinya dari Tanah Suci. Bangsa Belanda saat itu khawatir terjadi perubahan sikap orang yang naik haji sehingga berpotensi mengancam mereka.
"Haji itu kan orang bertemu dengan banyak orang. Kemudian terjadi silaturahmi yang besar. Kemudian terjadi perjalanan spiritual. (Mereka) khawatir, karena haji itu tolak ukurnya setelah mereka pulang. Nah dirinya berubah gak? Khawatir perubahan dirinya itu membuat dampak sosial dan politik dengan 'Ayo kita lawan penjajahan ini'," pungkasnya.