Suara.com - Agung adalah stu dari sekian contoh nyata dari keberhasilan Program Kartu Prakerja. Setelah mendengar informasi mengenai program ini dari saudaranya, Agung langsung tertarik. Namun, perjalanannya tidak mudah.
Pada tahun 2020, ia berulang kali gagal mengakses program tersebut. Tiga tahun kemudian, pada Juli 2023, Agung mencoba lagi ketika gelombang ke-55 dibuka, dan kali ini ia berhasil lolos.
Sebelumnya, Agung sempat menjadi pekerja kantoran. Namun, saat pandemi COVID-19 melanda, ia terkena badai PHK. Alih-alih menyerah, Agung melihat ini sebagai peluang untuk mencoba peruntungan baru sebagai entrepreneur dengan menjual kopi.
Untuk mendukung usahanya, Agung mengambil pelatihan mengedit video dasar bagi pemula. Ia ingin belajar bagaimana membuat konten yang menarik untuk mempromosikan produknya.
Baca Juga: Perang Dingin Kabinet? Menperin Sebut Sri Mulyani Inkonsisten Soal PHK Industri Tekstil
"Saya coba banting stir bagaimana caranya bisa terus ada pemasukan. Jadi, saya mencoba buat video, supaya jualan saya bisa jadi menarik," ujarnya.
Membuat konten promosi tidaklah mudah. Banyak hal yang harus dipertimbangkan, mulai dari tren, jalan cerita, pengeditan, durasi, hingga musik latar yang sesuai agar tidak melanggar hak cipta.
Tidak jarang, konten yang dibuat tidak sesuai dengan audiens, melanggar copyright, atau bahkan terkena somasi. Program Kartu Prakerja, khususnya pelatihan yang disediakan oleh PT Global Edukasi Talenta Inkubator atau LPK GeTI Incubator, memberikan pelatihan yang berdampak.
Rangkaian pelatihan disusun berdasarkan kurikulum, Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), dan diajarkan oleh instruktur berpengalaman. Sertifikat yang diterbitkan menjadi bukti konkret kemampuan peserta.
Agung sangat terkesan dengan Program Kartu Prakerja. Selain pelatihan ekstensif yang dapat diikuti secara daring dan mandiri, program ini juga menawarkan insentif, lowongan pekerjaan, dan berbagai manfaat lainnya.
Baca Juga: Induk Tiktok Dikabarkan Mau PHK Ratusan Karyawan Tokopedia, Pemprov DKI Bakal Cek ke Kantornya Besok
Tidak dapat dipungkiri bahwa angka pencari kerja masih tinggi di Indonesia. Badai PHK tidak hanya terjadi selama pandemi, tetapi juga akibat winter tech dan masalah lainnya yang mempengaruhi bursa kerja.
Para entrepreneur skala kecil dan menengah juga masih membutuhkan lebih banyak sorotan dan bantuan untuk mengembangkan usaha mereka.