Lambat laun, H.M Lukminto akhirnya mendapatkan pemasukan yang stabil hingga ia memutuskan untuk membuka pabrik sendiri pada 1968. Pabrik tersebut memproduksi kain putih dan berwarna yang dijual ke berbagai pengusaha tekstil di Kota Surakarta.
Usaha Lukminto akhirnya didaftarkan secara resmi sebagai perseroan terbatas atau PT sepuluh tahun sejak pabrik pertama mereka dibuka.
Lalu pada 1982, PT Sritex memperluas jangkauan pasar mereka dengan mendirikan pabrik kain tenun.
Sepuluh tahun kemudian, PT Sritex memiliki 4 unit pabrik yang meliputi pabrik pemintalan, penenunan, sentuhan akhir, dan busana agar bisa mandiri dalam produksi.
Jatuh bangun Sritex: Bertahan di krisis moneter namun dihantam pandemi Covid-19
Kendati Indonesia dihantam krisis moneter, PT Sritex berhasil bertahan bahkan memperluas pabriknya ke kancah dunia.
PT Sritex resmi menjadi produsen seragam bagi pasukan NATO dan tentara Jerman pada 1994, beberapa tahun sebelum terjadi krisis moneter 1998.
Kini, PT Sritex memiliki berbagai wilayah operasi dan memperoleh segudang penghargaan, seperti The Beavel of Quality Empowerment sebagai Organization with Oustanding Performance dari Total Quality Indonesia.
Semenjak Lukminto wafat, PT Sritex semakin berjaya usai dipimpin Iwan Lukminto.
Baca Juga: Zulhas Bantah Permendag No 8 Tahun 2024 Jadi Penyebab Perusahaan Tekstil Bangkrut
Sayangnya, kejayaan tersebut lambat laun pudar lantaran Indonesia dilanda pandemi Covid-19 sekaligus gonjang-ganjing pasar tekstil global.