Profil Noam Chomsky: Aktivis dan Ahli Bahasa yang Dikabarkan Meninggal, Tapi Dibantah Sang Istri

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Rabu, 19 Juni 2024 | 14:30 WIB
Profil Noam Chomsky: Aktivis dan Ahli Bahasa yang Dikabarkan Meninggal, Tapi Dibantah Sang Istri
Noam Chomsky. (D0k. Instagram/noam.chomskyofficial)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Aktivis dan linguis Noam Chomsky baru-baru ini sempat dikabarkan meninggal dunia. Bahkan, namanya trending di X karena banya laporan palsu tentang kematiannya. 

Istri Noam Chomsky, Valeria Wasserman Chomsky, mengatakan laporan hari Selasa bahwa ahli bahasa dan aktivis terkenal itu telah meninggal tidak benar.

“Tidak, itu salah,” tulisnya pada hari Selasa sebagai tanggapan atas pertanyaan melalui email dari The Associated Press.

Noam Chomsky, 95, telah dirawat di rumah sakit di Brasil saat pulih dari stroke yang dideritanya setahun lalu, kata Valeria Chomsky. Namun rumah sakit Beneficencia Portuguesa di Sao Paulo mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Chomsky dipulangkan pada hari Selasa untuk melanjutkan perawatannya di rumah.

Baca Juga: Kabar Duka! Mantan Politisi PDIP Permadi Wafat Hari Ini

Banyak orang menjadi ingin tahu tentang profil Noam Chomsky serta kiprahnya sebagai ahli bahasa dan juga aktivis. Berikut ini rangkumannya. 

Noam Chomsky (lahir 7 Desember 1928, Philadelphia, Pennsylvania, AS) adalah ahli bahasa teoretis Amerika yang merevolusi bidang linguistik sejak tahun 1950-an dengan memandang bahasa sebagai kapasitas kognitif berbasis biologis yang unik bagi manusia. Melalui karyanya dalam linguistik, psikologi kognitif, dan filsafat, Chomsky menjadi salah satu tokoh utama dalam "revolusi kognitif." Chomsky juga dikenal sebagai pembangkang politik atas analisisnya mengenai pengaruh buruk elit ekonomi terhadap politik domestik, kebijakan luar negeri, dan budaya intelektual AS.

Kehidupan Awal dan Pendidikan

Chomsky, anak yang cerdas, lahir di Philadelphia pada 7 Desember 1928, dan dibesarkan dalam keluarga kelas menengah. Ia menyaksikan ketidakadilan di sekelilingnya selama Depresi Besar Amerika, yang mempengaruhi pandangan hidupnya. Ibunya, Elsie, aktif dalam politik radikal pada tahun 1930-an, sementara ayahnya, William, adalah profesor bahasa Ibrani di Gratz College. Chomsky menulis editorial tentang kebangkitan fasisme pada usia 10 tahun dan tertarik pada politik sejak usia dini, terutama karena pengaruh pamannya yang cerdas.

Karier Akademik

Baca Juga: Bolehkah Kurban Untuk Orang yang Sudah Meninggal? Ulama Ternyata Beda Pendapata

Chomsky memulai studinya di Universitas Pennsylvania selama akhir Perang Dunia II. Bertemu dengan Zellig S. Harris, seorang ahli linguistik struktural, Chomsky mendapatkan bimbingan yang mengarahkan minatnya pada bahasa dan masyarakat. Chomsky menerima gelar B.A. dan M.A. dengan pendekatan nontradisional dan menulis tesis master "The Morphophonemics of Modern Hebrew" pada tahun 1951. Ia melanjutkan studi doktoralnya dan mengajar di Universitas Harvard, mengembangkan ide-ide yang kemudian diterbitkan dalam buku terkenalnya "Syntactic Structures" (1957).

Revolusi Linguistik

Pada tahun 1955, Chomsky bergabung dengan staf profesor di Massachusetts Institute of Technology (MIT). Ia memperkenalkan tata bahasa transformasional yang menyatakan bahwa bahasa adalah bawaan dan perbedaan yang ada disebabkan oleh parameter yang berkembang di otak. Salah satu kontribusi terkenalnya adalah Hirarki Chomsky, yang membagi tata bahasa menjadi beberapa kelompok. Ide-idenya memiliki dampak besar pada psikologi modern dan filsafat.

Politik dan Kontroversi

Selain linguistik, Chomsky juga dikenal karena pandangan politiknya yang radikal, yang ia sebut "sosialis libertarian." Pada tahun 1967, esainya "The Responsibility of Intellectuals" diterbitkan oleh The New York Review of Books, di mana ia mengkritik komunitas intelektual atas sikap mereka terhadap Perang Vietnam.

Chomsky juga menimbulkan kontroversi dengan tulisan-tulisannya tentang rezim Khmer Merah dan penandatanganan petisi untuk kebebasan berbicara Robert Faurisson, yang menyangkal keberadaan kamar gas di kamp konsentrasi Nazi. Meskipun ia menyatakan pandangannya bertentangan dengan Faurisson, insiden tersebut berdampak negatif pada reputasinya.

Buku Chomsky "9-11: Apakah Ada Alternatif?" pada tahun 2002, yang mengkritik kebijakan luar negeri AS pasca serangan 11 September, menjadi buku terlaris dan menimbulkan perdebatan luas. Buku ini dikecam oleh para kritikus konservatif namun dipuji oleh para pendukungnya karena analisisnya yang jujur tentang penyebab peristiwa 9-11.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI