Meskipun konsep mengungkapkan jenis kelamin bayi melalui sonogram telah lama ada, gender reveal party pertama yang tercatat seperti yang kita kenal sekarang terjadi pada tahun 2008.
Pada tahun tersebut, pasangan dari California, Jenna dan Sean Beechum, memutuskan untuk mengungkapkan jenis kelamin bayi mereka kepada orang-orang terdekat dengan memotong kue yang isinya berwarna merah muda atau biru dalam sebuah pertemuan. Kejutan manis di dalam kue tersebut menandai awal dari tren yang kemudian memikat jutaan orang.
Pertumbuhan pesat platform media sosial seperti Facebook, Instagram, dan YouTube berperan penting dalam mempopulerkan gender reveal party.
Setelah Jenna dan Sean, banyak orang tua mulai mendokumentasikan dan membagikan momen-momen ini kepada dunia, mengubah apa yang awalnya merupakan perayaan intim menjadi tontonan publik.
Tak lama kemudian, berbagai cara rumit dan kreatif untuk mengungkapkan jenis kelamin bayi mulai bermunculan, mulai dari bom asap warna-warni hingga meriam konfeti.
Seiring dengan meningkatnya popularitas gender reveal party, muncul juga kontroversi. Beberapa pesta bahkan menyebabkan kecelakaan dan kebakaran hutan akibat penggunaan kembang api berlebihan.
Menanggapi kritik tersebut, beberapa orang tua mulai mempertanyakan perlunya gender reveal party.
Sejarah gender reveal party adalah cerita tentang evolusi budaya dan perubahan sosial. Dari perayaan sederhana seperti pemotongan kue hingga acara mewah dan terkadang kontroversial, pesta-pesta ini telah memikat imajinasi calon orang tua di seluruh dunia.
Seiring berjalannya waktu, tren ini terus beradaptasi dan berubah, mencerminkan dialog yang sedang berlangsung mengenai gender dan identitas dalam masyarakat kita.
Baca Juga: Selalu Kompak, Kehamilan Kedua Nikita Willy Lagi-Lagi Barengan dengan Sang Adik
Baik dirayakan dengan tontonan besar maupun pertemuan sederhana dengan orang-orang terdekat, antisipasi dan kegembiraan menyambut kehidupan baru tetap menjadi inti dari perayaan ini.