Suara.com - Satu demi satu terungkap bahwa barang-barang mewah kenamaan yang dibeli secara antre ternyata dibuat oleh imigran gelap, bukan perajin, dan dijual dengan harga 50 kali lipat!
Ya, investigasi yang dilakukan media Korea JTBC baru-baru ini mengungkapkan bahwa biaya produksi tas mewah Christian Dior, yang dijual sekitar 2850 USD (RP46 juta) di toko sebenarnya hanya menghabiskan 60 USD (980 ribu) atau tidak sampai Rp1 juta!
Dikutip K Selection, Putusan pengadilan Italia juga mengungkap eksploitasi terhadap imigran ilegal Tiongkok, antara lain, untuk memproduksi tas-tas ini dengan harga murah, sambil memberinya label sebagai "Buatan Italia".
Ini adalah hasil dari tindak lanjut ditunjuknya seorang komisaris khusus untuk mengawasi unit produksi tas tangan Dior LVMH, menurut Reuters. Tindakan itu diambil menyusul tuduhan adanya status eksploitasi tenaga kerja oleh subkontraktor Tiongkok yang dilakukan di sektor industri mewah.
Baca Juga: Wow! Tas Iriana Jokowi Saat Perawatan Kecantikan Setara 48 Kali UMR Solo
Menurut jaksa, sebuah perusahaan Tiongkok yang memproduksi dan memasok tas ke Dior memiliki beberapa karyawan yang bekerja secara ilegal dalam shift 15 jam. Beberapa pekerja tidur di bengkel agar dapat kembali ke pabrik yang beroperasi 24 jam sehari, tanpa hari libur.
Keputusan pengadilan setebal 34 halaman itu juga merinci kondisi kerja empat subkontraktor yang memproduksi tas Dior. Pabrik-pabrik ini sebagian besar mempekerjakan imigran gelap dari Tiongkok dan Filipina. Perangkat keselamatan juga telah dilepas dari mesin untuk mempercepat produksi.
Hasilnya, terungkap bahwa sebuah pabrikan kecil hanya menjual 53 euro (Rp930 ribuan) untuk setiap tas ke Dior. Sedangkan tas-tas ini kemudian dijual di toko Dior seharga 2.600 euro (Rp45 juta).
Pengadilan memutuskan jika unit bisnis Dior harus bertanggung jawab karena gagal memverifikasi kondisi kerja sebenarnya atau kemampuan teknis pemasok, atau melakukan audit rutin.
Pihak berwenang Italia telah menyelidiki kondisi kerja subkontraktor produsen barang mewah selama beberapa tahun. Langkah ini mengatasi kekhawatiran bahwa perusahaan-perusahaan "berbiaya rendah" yang dipimpin Tiongkok merugikan industri kulit tradisional Italia, yang memproduksi sekitar 50% barang mewah dunia.
Baca Juga: Selvi Ananda Lagi-Lagi Pakai Tas Mewah, Harganya Setara Tanah Seluas 43 m2 di Solo!