Suara.com - Cuti melahirkan bagi ayah umumnya hanya diberikan selama beberapa hari, paling lama bahkan tak sampai satu pekan. Dalam aturan Undang-Undang Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA) bahkan disebut kalau cuti ayah hanya 2 hari, tetapi juga bisa diperpanjang 3 hari berikutnya apabila ada keperluan terkait dengan kondisi kesehatan istri maupun anak.
Nyatanya, mendapatkan cuti melahirkan bagi suami sampai beberapa pekan rupanya diperlukan juga. Isro Kurniawan seorang pegawai swasta di Jakarta mengungkapkan kisahnya ketika dia mendapatkan hak cuti melahirkan selama satu bulan penuh ketika istrinya melahirkan anak kedua pada 2020.
Mulanya dia mengaku memang merasa aneh saat cuti satu bulan. Sebab, pada kelahiran anak pertama, saat masih bekerja kantor yang lama, Isro hanya mendapatkan cuti selama 3 hari. Namun, setelah cuti selama satu bulan itu dia jalani, Isro menyadari kalau hak cuti bagi ayah sangat bermanfaat.
"Istri lagi sakit pasca melahirkan kondisi masih lemah, ada keterbatasan karena melahirkan itu kan ada luka. Dengan ada cuti ayah itu kita bisa saling membantu untuk melewati masa-masa awal usia anak dan mempercepat penyembuhan istri juga," tutur Isro kepada suara.com.
Baca Juga: Aaliyah Massaid Cucu Bangsawan, Pekerjaan Kakek Thariq Halilintar Ternyata Tak Kalah Mentereng
Kehadiran suami selama masa cuti itu juga bisa sangat membantu istri, terlebih bila tidak ada anggota keluarga lain maupun asisten rumah tangga yang dapat memberi bantuan. Kondisi itu yang dialami Isro dan istrinya kala itu.
"Jadi satu bulan itu akan sangat bermanfaat atau bisa dirasakan manfaatnya jika kondisinya tidak ideal. Paling tidak dalam waktu 1 bulan itu kondisi istri bisa lebih cepat sehat," ujarnya.
Dia sendiri memanfaatkan cuti melahirkan itu dengan membantu sang istri mengurus anak, seperti memandikan hingga mengganti popok. Serta bergantian mengurus pekerjaan rumah, serupa menyapu, mengepel, hingga masak. Pada saat momen itu, Isro tersadarkan kalau mengerjakan pekerjaan domestik rupanya sangat melelahkan.
"Saya merasakan secara pemahaman sebagai seorang suami dan laki-laki itu jadi berbeda. Ketika ikut merawat anak dalam 1 bulan pertama itu juga akan berbeda hubungannya suami istri paling tidak muncul perasaan menghargai, kalau ini bukan pekerjaan yang remeh-temeh," ujar Isro.
"Sebenarnya kita harus bantu pekerjaan domestik, sepertinya nyapu, ngepel, masak, apapun itu, rata-rata tidak mudah. Selain faktor kesehatan faktor psikologis juga didapat terkait perspektif baru dalam tugas suami," pungkasnya.
Baca Juga: Raffi Ahmad Diminta Temui Orang Tua Ayu Ting Ting di Arab, Buntut Wara-wiri Foto dengan Teman Artis