Suara.com - Banyak orang salah cara pakai pelembap, khususnya pada orang iritasi kulit karena alergi kulit seperti dermatitis (eksim), seboroik, hingga ruam kulit. Padahal pelembap adalah terapi dasar yang perlu sangat diperhatikan untuk masalah kulit.
Dermatologis sekaligus Ahli Alergi Imunologi, Dr.Srie Prihianti Gondokaryono Sp.DVE, Subsp.DA,PhD mengatakan fungsi pelembap bukan hanya sekadar meningkatkan kadar air dalam kulit, tapi juga memperbaiki skin barrier kulit. Bahkan pelembap juga merupakan terapi awal pengobatan masalah iritasi kulit.
"Pemberian pelembap ini bisa dijadikan dijadikan basic awal terapi, kemudian berikan berbagai macam obatnya. Dengan memakai pelembap secara konsisten maka akan memperbaiki barrier kulit," ujar Dr. Srie dalam peluncuran buku Panduan Diagnosis dan Tata Laksana Dermatitis Atopik pada Anak dan Dewasa di Indonesia Edisi 2024 di Jakarta Selatan, Sabtu (15/6/2024).
Lebih lanjut dokter yang juga Ketua Kelompok Studi Dermatologi Anak Indonesia (KSDAI) ini mengatakan saat ini masyarakat harus sudah mulai memperhatikan kandungan pelembap, dan memastikan pelembap itu termasuk dalam generasi baru, yang di dalamnya harus terkandung zat antioksidan, anti gatal, ada anti inflamasi atau anti radang.
"Pelembap generasi baru ini minimal harus ada 2 zat itu atau paling bagik ada ketiganya. Zat ini yang pada akhirnya membantu proses terapi kulit. Misalnya dilengkapi antioksidan itu mencegah kemerahan, antiradang itu mencegah gatal. Sedangkan pada pelembap konvensional fungsi itu tidak ada," jelas Dr. Srie.
Nah, agar tidak salah kaprah Dr. Srie juga mengingatkan pasien dengan iritasi kulit maupun caregiver atau pendamping pasien, harus tahu cara memilih dan cara memakai pelembap yang tepat dengan mempertimbangkan 4 hal sebagai berikut:
1. Perhatikan klaim produk
Menurut Dr. Srie, langkah ini merupakan metode yang paling mudah yaitu memperhatikan produk pelembap yang diperuntukan untuk kulit sensitif, yang ditandakan dengan keterangan hypoallergenic
"Itu bisa arahkan, kita kira-kira cocok pakai series produk mana yang bisa digunakan. Tentunya di dalamnya hypoallergenic, dan ingredient (isi kandungan) sudah dipilih untuk mereka yang mudah muncul eksim, mudah ruam dan gatal," papar Dr. Srie.
Baca Juga: Mengenal Microneedling, Inovasi Perawatan Kecantikan untuk Berbagai Masalah Kulit
2. Perhatikan jenis pelembap
Dokter yang menyelesaikan studi S3 di Juntendo University, Tokyo, Jepang ini mengatakan jenis kulit setiap orang bisa berbeda, dan kondisi ini bisa mempengaruhi jenis pelembap yang tepat.
"Tipe jenis pelembap ada yang lotion dan krim. Secara umum bagi mereka kulit tidak terlalu kering bisa memilih pelembap pilih lotion, sedangkan untuk kulit kering itu pilih yang pelembap krim," jelasnya.
3. Perhatikan waktu pemakaian
Dokter yang mengambil spesialis di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) ini memaparkan waktu terbaik mengoleskan pelembap yaitu setelah mandi. Pada waktu ini menurut Dr. Srie, kulit masih berisi kandungan air, sehingga kadar air bisa dijaga dengan pelembap.
"Cara pakainya waktu pengolesan pelembap dioleskan saat kulit masih lembap segera setelah mandi. Dalam 3 menit setelah mandi harus sudah dipakai pelembap, karena kita perlu air sisa mandi itu, jadi waktu pengolesan penting," terangnya.
4. Pakai pelembap jangan pelit
Kerap kali dengan alasan ingin irit, banyak orangtua atau pasien enggan pakai pelembap dalam jumlah banyak. Padahal jumlah pelembap yang kurang atau tidak tepat tidak akan bisa maksimal memperbaiki skin barrier, sehingga kondisi kulit yang teriritasi sulit dan lama untuk sembuh.
"Pelembap ini dipakai sehari-hari, oleskan pelembap cukup banyak, kalau terlalu sedikit tidak akan membantu. Jadi waktu dan jumlah pemakaian pelembap harus sangat diperhatikan," pungkas Dr. Srie.
Perlu diketahui, agar penanganan masalah iritasi kulit seperti alergi, eksim, ruam hingga seboroik KSDAI bersama Kelompok Studi Imunodermatologi dan Dermatosis Akibat Kerja (KSIDAK), dan Unit Kelompok Kerja Alergi Imunologi IDAI yang disponsori Menarini Indonesia meluncurkan buku Panduan Diagnosis dan Tata Laksana Dermatitis Atopik pada Anak dan Dewasa di Indonesia Edisi 2024.
Buku panduan ini merupakan edisi terbaru setelah dari yang sebelumnya dikeluarkan pada 10 tahun silam atau tepatnya pada 2014. Buku ini nantinya bisa digunakan oleh tenaga medis Indonesia, khususnya dokter umum, dokter spesialis kulit dan dokter spesialis anak sebagai panduan terkini penanganan dermatitis atopik.
Dermatitis atopik atau eksim adalah penyakit kulit kronis yang ditandai dengan kulit kering, gatal, dan meradang. Penyakit ini tidak menular dan sering menyerang bayi dan anak-anak. Dermatitis atopik juga dapat dialami oleh orang dewasa, bahkan baru muncul saat dewasa.
Gejala dermatitis atopik dapat bervariasi pada setiap orang. Pada bayi, ruam biasanya muncul di wajah, terutama di pipi. Pada anak-anak, ruam biasanya muncul di lipatan kulit, seperti di siku, lutut, dan pergelangan tangan. Pada orang dewasa, ruam dapat muncul di mana saja.
Dermatitis atopik dapat mengenai hingga 22 persen pada anak dan 17 persen pada dewasa. Penyakit ini merupakan penyakit yang kompleks baik dalam penyebab atau faktor risiko, gejala klinis yang bervariasi, maupun tata laksana. Pada sebagian besar pasien anak atau sekitar 88 persen di wilayah Asia-Pasifik menderita dermatitis atopik ringan atau sedang.
Penyakit ini akan terus berlanjut hingga dewasa, berdampak pada kerusakan kulit, dan paling sering muncul sebagai lesi likenifikasi yaitu bercak tebal disertai dengan gambaran relief kulit yang semakin jelas yang mempengaruhi lentur, kepala dan leher.
Dermatitis atopik merupakan penyakit kulit kronis yang memiliki dampak signifikan terhadap aspek psikologis, sosial, finansial, bahkan dapat disertai dengan komplikasi sistemik atau komorbiditas lainnya.