Viral Bule Ngaku WFH di Bali Cuma Habis Biaya Hidup Rp 10 Juta per Bulan: Masyarakat Lokal Untung atau Rugi?

Vania Rossa | Dini Afrianti Efendi
Viral Bule Ngaku WFH di Bali Cuma Habis Biaya Hidup Rp 10 Juta per Bulan: Masyarakat Lokal Untung atau Rugi?
Ilustrasi bule work from Bali (pexels/@olly)

Pajak penghasilannya masuk ke negaranya, living cost-nya masuk ke perekonomian Bali. Kira-kira mana yang paling diuntungkan?

Suara.com - Heboh pengakuan warga negara asing (WNA) alias bule tinggal dan work from home (WFH) di Bali dan menghabiskan Rp10 juta untuk biaya hidup. Bahkan, dengan pengeluaran segitu, ia juga tidak perlu memasak setiap harinya.

Melalui video akun TikTok @alexulbin yang viral di Twitter, dilihat Sabtu (8/6/2024), tampak bule yang tidak diketahui namanya itu menceritakan biaya hidup yang dikeluarkan selama sebulan penuh bekerja dengan metode WFH di Bali.

Ia menyebutkan kalau selama tinggal di Pulau Dewata dirinya merogoh kocek 300 dolar untuk akomodasi seperti tempat tinggal di vila atau homestay. Biaya ini setara dengan Rp4,8 juta untuk tempat tinggal.

Selanjutnya, ia juga mengaku mengabiskan uang 200 dolar atau setara Rp3,2 juta per bulan untuk biaya makan yang sudah siap tersaji dan tinggal makan.

Baca Juga: Pj Gubernur Teguh Setyabudi Mau Terapkan WFH saat Cuaca Ekstrem di Jakarta, PKS: Jangan Dipaksakan!

"200 dolar untuk makanan, dengan biaya ini saya tidak pernah memasak," ungkapnya.

Selanjutnya, untuk bepergian atau transportasi, alih-alih menyewa kendaraan, Bule yang bekerja di luar negeri dan tinggal di Indonesia itu pilih membeli sepeda motor seharga 1.700 dolar atau setara Rp 27 juta.

"Ini (Bali) pulang yang luar biasa, karena banyak tempat yang indah untuk dikunjungi," kata dia.

Bahkan untuk bertamasya atau mendatangi berbagai tempat indah, Bule tersebut mengaku hanya menghabiskan biaya 50 dolar atau setara Rp820 ribu per bulan, sebagai biaya tiket masuk ke air terjun, pantai atau berbagai tempat indah di Bali lainnya.

Sedangkan untuk kebutuhan sehari-hari, ia mengaku hanya perlu merogoh kocek 40 dolar atau Rp650 ribu per bulan. Harga ini menurutnya sedikit lebih mahal jika berbelanja di Denpasar, seperti baju, alas kaki, dan lain sebagainya yang perlu merogoh kocek 60 dolar atau setara Rp970 ribu per bulan.

Baca Juga: Syarat dan Visa yang Dibutuhkan untuk Kerja di Australia, WNI Bisa Lamar!

Melihat pengakuan sang bule, tidak sedikit netizen yang memperdebatkan pihak mana lebih diuntungkan dengan keberadaan turis asing seperti bule tersebut, yang menyambi sebagai pekerja luar negeri di saat bersamaan.

"Bule cuma menghabiskan $650 sebulan hidup di Bali. Penghasilannya dari luar negeri kerja WFH. Pajak penghasilannya masuk ke negaranya, living cost-nya masuk ke perekonomian Bali. Kira-kira mana yang paling diuntungkan?" ungkap akun Loid Forger.

Tidak sedikit netizen Indonesia yang dibuat iri dengan cara hidup Bule tersebut. Namun tidak sedikit juga yang melihat jika WNA ini mulai berperilaku seenaknya, bahkan tidak lagi menghormati warga lokal sebagai penduduk asli Bali.

"Itu bagi kita untung bro. Yang penting rumah sewa, restoran, transport lokal, dan semacamnya masuk ke kantong rakyat Bali. Itu yang perlu dicek," ungkap @abulmuzaffar10.

"Ada skema mereka (bule) sewa tanah puluhan tahun lalu dibangun rumah di atasnya. Rumahnya bisa jadi penginapan," timpal Loid Forger.

"Yang kaya gini masih belum terlalu invasif. Lihat tweet-nya mas Vabyo dan kawan-kawan yang tinggal di Bali. Itu bule-bule dari negara diktator sekarang udah bikin kota eksklusif diisi kaum mereka deket Canggu. Gayanya sok-sokan, petantang petenteng, lokal ditantangin cuma karena ngerasa berduit," komentar @0c_pastaMan.