Anies Baswedan Sebut Kopi Tubruk adalah Human Right: Jangan Tubruk yang Lain

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Jum'at, 07 Juni 2024 | 09:33 WIB
Anies Baswedan Sebut Kopi Tubruk adalah Human Right: Jangan Tubruk yang Lain
Anies Baswedan minum kopi tubruk. (Dok. Twitter/Aniesbaswedan)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sosok Mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, baru-baru ini menjadi sorotan di media social Twitter atau X. Ia mengunggah fotonya saat tengeh menyesap kopi tubruk.

Namun, bukan fotonya yang menjadi sorotan warganet. Melainkan caption yang ia tulis dalam unggahan tersebut.

"Kopi tubruk adalah human right. Minum kopi tubruk pagi, siang, sore, malam adalah Asian value. Jangan tubruk yang lain…" tulis Anies Baswedan dalam akun Twitternya.

Seperti diketahui, bahasan soal human right dan Asian Value memang viral di media sosial tersebut usai Arie Putra, salah seorang pembawa podcast Total Politik mengundang Pandji Pragiwaksono.

Baca Juga: Puan Kepincut Anies buat Pilgub Jakarta, Hasto PDIP Sebut Pramono Anung dan Andika Perkasa, Begini Katanya!

Dalam satu momen, mereka berbincang tentang dinasti politik. Satu hal yang menjadi perhatian, lantaran Arie Putra menyebut bahwa dinasti politik adalah human right dan Asian Value. Tak pelak hal itu menjadi bahan diskusi warganet.

Sementara itu, bicara soal kopi tubruk  sendiri, ia adalah salah satu sajian kopi tradisional Indonesia yang kaya akan makna dalam cara penyajiannya. Istilah "tubruk" berasal dari bahasa Jawa, yang mengacu pada tindakan menuangkan atau mengaduk, mencerminkan proses penyajiannya yang khas. Bubuk kopi dan air panas dicampur langsung dalam gelas, menciptakan sajian kopi yang diyakini sebagai salah satu tradisi tertua dalam sejarah pembuatan kopi.

Ada pandangan yang menyatakan bahwa istilah "tubruk" muncul karena dalam proses pembuatannya, bubuk kopi, gula, dan air panas bertemu dalam gelas. Sebelum diminum, kopi diaduk perlahan tanpa menggunakan alat seduh atau penyaring. Akibatnya, ampas kopi perlahan-lahan turun ke dasar gelas, tetap berada dalam minuman yang disajikan.

Kata "tubruk" sendiri bermakna "bertabrakan," menggambarkan momen ketika bubuk kopi dalam gelas bertemu dengan air panas, kadang-kadang dengan tambahan gula. Proses penyeduhan kopi tubruk ini seperti menciptakan perpaduan rasa yang unik dalam setiap cangkir, di mana air panas dan bubuk kopi berinteraksi secara dramatis.

Selain itu, "tubruk" juga berarti "hantam," merujuk pada masa ketika belum ada alat penggiling kopi modern. Biji kopi yang akan diseduh dihaluskan dengan cara ditumbuk menggunakan alat tradisional seperti alu dan lesung. Hal ini menambah nuansa keaslian dalam proses pembuatan kopi tubruk.

Baca Juga: Host Total Politik Diduga Pernah Body Shaming Anies Baswedan Depan Publik

Sejarah Kopi Tubruk

Menurut sejarah, kopi tubruk pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pedagang dari Timur Tengah pada masa kolonial. Metodenya hampir mirip dengan seduhan Turkish Coffee/Ibrik, dengan perbedaan bahwa Ibrik dipanaskan langsung dalam wadah berisi kopi dan air di atas media pasir panas.

Awalnya, kopi tubruk banyak ditemui di Jawa dan Bali. Di Bali, metode ini dikenal dengan nama Kopi Salem (kopi hitam). Seiring waktu dan migrasi penduduk, kopi tubruk menyebar ke seluruh Indonesia. Banyak yang menganggapnya sebagai representasi kopi khas nusantara.

Beberapa literatur mencatat bahwa kopi tubruk Indonesia sebenarnya berasal dari tradisi Turkish Coffee yang populer di Timur Tengah pada abad ke-16.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI