"Aku sering nongkrong sama teman-temanku di dekat Masjid Al Fajru, minggunya Sekolah Minggu. Karena toleransinya tinggi, jadi kita memahami satu sama lain. Aku tetap hormat sama Katolik, Nasrani, Kristen," ujar dia.
Memutuskan jadi mualaf
Masuknya Dokter Tirta ke dalam agama Islam tidak melewati proses yang rumit. Tak ada pula pergulatan bathin yang panjang.
Justru keputusannya untuk memeluk agama Islam terbilang mudah dan cepat. Dalam podcast PWK, ia menceritakan, semua itu berawal dari sebuah pesan berantai yang ia terima di ponsel Blackberry miliknya.
Dalam pesan berantai itu disebutkan kalau seorang ayah yang beragama Islam akan sulit masuk surga, jika anaknya memiliki agama yang berbeda.
Isi pesan itu lantas membuatnya termenung dan berpikir. Hati kecilnya berkata, ia tak mau ayahnya kesulitan masuk surga hanya karena memilik anak yang berbeda agama.
"Saat itu aku mikirnya biar bapak masuk surga. Ketika dapat artikel itu, defense mecanism aku logika. Waduh kok berarti kalau misalkan, saat itu aku diterangkan hadisnya. Kalau bapak Islam, anak Katolik, sulit loh dia untuk masuk surga. Kepikiran. Pada waktu itu aku bilangnya biar adil saja, separuh kehidupanku di Katolik, separuh kehidupanku di Islam," kenang Tirta
Kegelisahannya itu lantas membawa Dokter Tirta pada sejumlah kiai. Ia berkonsultasi, memantapkan niatnya, hingga akhirnya mengucapkan dua kalimat syahadat.
Dokter Tirta juga mengatakan, keputusannya memeluk agama Islam tak membuat ibunya marah atau kecewa.
Baca Juga: Dokter Tirta Mualaf, Pilunya Sang Ayah Sempat Dicap Orang Tua Gagal Sampai Menangis
Kontributor : Damayanti Kahyangan