Suara.com - Sosok komika Marshel Widianto belakangan mengundang perhatian. Pasalnya, baliho bergambar wajahnya muncul di jalanan Tangerang Selatan (Tangsel).
Tak hanya bergambar wajah, di atas gambar Marshel juga tampak logo Partai Gerindra. Hal ini sontak menjadi perbincangan di media sosial, salah satunya di X (Twitter).
Kini disebut-sebut bakal maju Pilkada Tangsel, borok Marshel diungkap warganet dalam menanggapi baliho Marshel. Pria kelahiran 1996 itu disebut-sebut pernah membohongi publik figur lain, yakni Vincent Rompies dan Desta Mahendra (Vindes).
"Vindes aja yang ngasih dia kerjaan dibohongin, apalagi rakyat," komentar warganet di X.
"Vindes dibohongin gimana si ceritanya. Baru denger," tulis warganet di kolom komentar.
"Desta sampe sakit hati sama Marsel gara-gara kejadian itu sempet lama juga sakit hatinya," timpal lainnya.
Cerita Marshel Bohongi Vindes
Pada sebuah kesempatan di kanal YouTube Vindes, Desta sempat membeberkan kebohongan Marshel Widianto padanya. Hal ini bahkan membuat Desta menyebut Marshel sebagai komika dengan 'Attitude Buruk'.
"Ceritanya nih Marshel syuting tuh 10 hari, terus tiba-tiba dia izin besoknya sakit dan ya nggak masuk lah dia," ungkap Desta.
Baca Juga: Beri Dukungan Marshel Widianto untuk Tangsel, Raffi Ahmad Dicibir: Lawakan Abad ini
Rupanya izin sakit Marshel hanya bualan belaka, pasalnya komika tersebut nyatanya ambil pekerjaan lain.
"Tiba-tiba nih ada foto dia lagi di acara lain," kenang Desta.
"Masalahnya nih bisa lo tinggal ngomong gitu, 'Pak gimana ya ada kerjaan nih gue, bisa izin nggak'. Nggak usah pakai bohong, gue paling nggak suka dibohongin orang," imbuhnya.
Dalam acara tersebut, Marshel berkilah dia tak ingin menyakiti pihak Vindes lantaran mengambil pekerjaan lain.
"Bukannya kalau ketahuan bohong malah lebih nyakitin gue ya," ungkap Desta ke Marshel.
Meski mengaku sempat sakit hati, Desta sendiri menyebut dirinya dan Marshel sudah saling memaafkan.
Soal baliho Marshel, pihak Gerindra menyebut kadernya bebas untuk mensosialisasikan dirinya ke publik jelang pilkada. Kendati demikian, keputusan mencalonkan diri sebagai kepala daerah tetap menjadi keputusan DPP Partai Gerindra.