Suara.com - Konten Kreator Biasalah Anak Muda ikut mengkritisi rencana pemerintah menerapkan Tabungan Perumahan Rakyat atau Tapera. Alih-alih memaksa masyarakat menabung, konten kreator ini sarankan pemerintah selesaikan masalah yang lebih penting, yaitu mafia tanah, manipulasi properti, hingga pengawasan rumah subsidi.
Dalam akun Instagramnya @biasalahanakmuda, sang kreator menilai tidak heran jika masyarakat tidak bisa mempercayakan uangnya kepada pemerintah. Ini karena Indonesia dihadapkan pada krisis properti, tapi solusi yang bisa diberikan pemerintah hanya dipaksa menabung.
Apalagi selain uang Tapera bisa digunakan untuk membeli rumah, tapi bisa juga uang dikembalikan dalam bentuk simpanan, lengkap dengan bunga yang diklaim mencapai 2,5 hingga 3 persen dari total dana yang terkumpul.
"Susah atuda, kalau hasilnya bakal dibalikin pas jatuh tempo sesuai jumlahnya, belum birokrasinya, belum nunggunya," tulis @biasalahanakmuda.
Baca Juga: Catat! Inilah Sanksi Tak Bayar Iuran Tapera Per Bulan, Peringatan Tertulis hingga Besaran Denda
Konten kreator yang terdiri dari pasangan suami istri itu juga mendapat informasi bahwa nasabah Tapera selama 28 tahun, hanya mendapat dana sebesar Rp 6,6 juta saat pensiun nanti.
"Di sisi lain, jika kita berhadap uang dikelola oleh manajer investasi yang profesional (seperti reksadana) bisa menghasilkan bunga maksimal 20 persen per tahun, dengan menabung Rp 150 ribu per bulan dalam 30 tahun mendatang, uang kita bisa menjadi Rp 2,12 miliar," jelas @biasalahanak muda.
Akun yang secara khusus mengkampanyekan #BatalkanTapera ini juga mengingatkan bahwa Indonesia dihadapkan pada permasalahan yang lebih penting dan mendesak untuk mengatasi masalah krisis properti, daripada memaksa masyarakat menabung dan menyerahkannya ke pemerintah.
"Nih ya, mending beresin dulu yang lebih urgent, mafia tanah, manipulasi properti, ketidakseimbangan permintaan dan penawaran harga rumah, regulasi pembayaran KPR, hingga pengawasan rumah subsidi," terangnya.
Terakhir @biasalahanakmuda menyarankan jika ingin menerapkan Tapera, sebaiknya direncanakan dengan perhitungan matang dan terperinci, seperti dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
Baca Juga: Kontroversi Tapera, Gaji UMR Mending Kontrak vs Beli Rumah? Ini Saran Perencana Keuangan
1. Properti akses baik harga yang terjangkau
"Bukan ya, bukan apartemen mewah, yang harganya gak masuk akal. Caranya agar terjangkau bisa mengurangi biaya konstruksi dan akuisisi lahan dan kontrol harga properti," terangnya.
2. Integrasi transportasi publik
Dengan banyaknya akses transportasi publik, yang dibuat satu satu kesatuan seperti pertemuan MRT, LRT, Transjakarta dengan akses inklusif buat semua orang akan meminimalisir urbanisasi, dan mengurangi harga properti.
3. Bangunan sesuai kebutuhan
Membuat tempat tinggal yang sesuai kebutuhan masyarakat harus dimulai dengan mendengarkan masukan masyarakat, buat intensif untuk developer yang baik, termasuk juga bangunan harus sesuai kebutuhan. Area di sekitar tempat tinggal juga memiliki fasilitas publik yang baik.