Perencana Keuangan Bicara Soal Tapera: Tidak Semua Orang Mau Punya Rumah!

Minggu, 02 Juni 2024 | 10:05 WIB
Perencana Keuangan Bicara Soal Tapera: Tidak Semua Orang Mau Punya Rumah!
Ilustrasi Rumah (Freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Aturan program Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) yang baru ditetapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) banjir kritik masyarakat. Salah satunya datang dari Perencana Keuangan, Safir Senduk, yang mengatakan tidak semua orang ingin memiliki rumah tetap.

Alih-alih memiliki rumah tetap seperti harapan pemerintah kepada seluruh rakyatnya, justru saat ini banyak masyarakat lebih nyaman menyewa tempat tinggal alias kontrak rumah.

Kondisi ini tidak lepas dari banyaknya anak muda yang mulai mengadopsi konsep modern finansial, dibanding konsep tradisional finansial yang lebih banyak dianut generasi baby boomer kelahiran 1946 hingga 1964.

Konsep modern finansial ini, kata Safir, lebih pilih mengedepankan fungsi alih-alih alasan psikologis karena banyak anak muda yang berpikir realistis, di mana mereka sudah bisa meyakini bahwa sewa rumah lebih efisien dibanding harus membeli hunian tetap.

Baca Juga: Catat! Inilah Sanksi Tak Bayar Iuran Tapera Per Bulan, Peringatan Tertulis hingga Besaran Denda

"Jadi mereka lebih mengedepankan fungsi, anak muda zaman sekarang realistis karena memang sewa lebih murah dibandingkan harus membeli. Hal ini juga berlaku terhadap tempat tinggal," ujar Safir saat dihubungi suara.com beberapa waktu lalu.

Adapun beberapa sebab kontrak rumah lebih murah dibanding harus membeli hunian tetap, yaitu penyewa tidak perlu memikirkan renovasi, pajak bangunan, hingga urusan perawatan bangunan.

Sedangkan sayangnya, Safir kerap mendapati konsep modern finansial ini tidak selaras dengan pola pikir tradisional finansial yang dianut pemerintah saat ini, hasilnya negara pilih menerapkan aturan Tapera kepada para pekerja Indonesia.

Adapun pola pikir tradisional finansial ini menganggap masyarakat yang tidak memiliki barang seperti rumah, akan dianggap tidak mampu alias miskin. Padahal alih-alih kepemilikan barang seperti rumah, menurut Safir, yang terpenting orang itu memiliki aset berupa investasi dan tabungan untuk hidup ke kemudian hari.

"Masalahnya saat Gen Z ini pilih sewa rumah, maka anggapannya mereka nggak punya uang. Jadi para pemeluk konsep tradisional finansial itu menganggap mereka yang sewa rumah itu bokek. Padahal kalau sewa belum tentu bokek, karena mereka memang nggak mau aja," jelas Safir.

Baca Juga: Kontroversi Tapera, Gaji UMR Mending Kontrak vs Beli Rumah? Ini Saran Perencana Keuangan

Namun Safir mengakui di balik alasan ekonomi atau keuangan, ada alasan psikologis seseorang yang akhirnya pilih membeli rumah tetap. Dari mulai perasaan aman, nyaman, hingga kepuasan kepemilikan suatu barang.

Alasan psikologis inilah yang akhirnya menurut Safir tidak bisa disandingkan maupun dibandingkan dengan alasan ekonomi.

"Ada alasan mengganggu banget kalau tidak punya rumah sendiri. Kalau tidak ada alasan psikologis, sewa pun sebenarnya nggak masalah. Tapi kalau ada alasan psikologis yang mengganggu banget, alasan inilah yang nggak bisa dilawan dengan keuangannya," papar lelaki pemilik Certified Financial Planner (CFP) itu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI